Sejarah

Makam Syiah kuala

Komplek Makam Syiah Kuala yang terletak  di Gampong
Dayah Raya, Kec. Syiah Kuala Kota Banda Aceh. 
Syiah Kuala adalah Seorang Ulama Besar Aceh pada abad ke-17 M, beliau sangat dihormati di Nusantara sampai saat ini. Nama lengkapnya Syeich Abdurrauf Bin Ali Alfansuri. Beliau berasal dari Arab, Dipanggil Syiah Kuala karena beliau tinggal di Kuala. Beliau lahir disingkil pada tahun 1001- H (1591-M). Beliau wafat pada hari senin 23 Syawal 1106 H(1696) dalam usia 105 tahun, dikebumikan ditempat yang beliau amanahkan yaitu di kampung Menasah Dayah Kuala Aceh, Sekarang desa Dayah Raya. Namun ada versi lain menyebutkan bahwa beliau dikebumikan di tanah kelahirannya di singkil. Persoalan ini sudah menjadi tanda tanya bagi masyarakat Aceh.
Makam Tengku Syiah Kuala yang dipagari dengan jeruji besi.

Menurut Penjaga Makam yang sempat kami wawancarai, beliau dulu semasa hidupnya pernah mendirikan dayah di gampong Dayah Raya ini. Beliau seorang Ulama Produktif  dalam menghasilkan karya Intelektual pada saat itu. Beliau juga pernah menjabat sebagai kadhi Malikul Adil pada kerajaan Aceh Darussalam mulai pada masa Pemerintahan Ratu-ratu.

Mahasiswa Sejarah UIN Ar-Raniry Foto Bersama Sebelum
melakukan Observasi, Selasa/02-06-2015.
2 Juni 2015 kami dari Mahasiswa UIN Ar-Raniry yang beranggota Muhammad Fadhil, Mansur, Nur Asri dan Nurul Husna bergerak menuju lokasi makam syiah kuala yang jaraknya kurang lebih 3 km dari simpang jambo tape. Pukul 10.45 Wib kami tiba di lokasi, Adat Bak Po Teumeureuhom Hukom Bak Syiah Kuala, (Adat di Po Teumeureuhom, Hukum di Syiah Kuala), itulah kalimat pertama yang kami lihat saat hendak masuk dalam pekarangan makam seorang ulama kharismatik Aceh ini.
Makam ini juga sudah dijadikan objek wisata religi oleh Pemerintah Kota Banda Aceh. Setiap hari ratusan pengunjung selalu memadati area makam ini. Baik sekadar melihat, maupun hendak berziarah sembari membacakan zikir dan berdoa di makan ini. Menurut narasumber Tgk Abdul Wahid yang juga penjaga makam ini mengatakan Tak hanya dari berbagai kabupaten/kota di Aceh, kunjungan ramai juga datang dari warga luar Aceh, bahkan luar negeri seperti Malaysia, Brunai Darussalam dan Arab.
Sebelum memasuki ruang pintu masuk dalam makam, tertulis papan pengumuman agar semua pengunjung menggunakan pakaian yang muslim dan muslimah. Termasuk ada kertas tertempel larangan memotret di dalam makam ini.
Foto Bersama Pengunjung dari Malaysia.
Larangan memotret di dalam makam bukan tidak memiliki alasan. Petugas penjaga makam ini melarang memotret untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan disalah gunakan. Kendati demikian, pihaknya akan memberikan untuk memotret, akan tetapi setelah mendapat izin dari pengelola. Setelah mendapatkan penjelasan keperluannya, sambil didampingi pengelola, pengunjung diperbolehkan untuk mengabadikan momen selama di makam.
Foto Bersama Tgk Abdul Wahed (Penjaga Makam Syiah Kuala)
“kamo larang foto-foto disino, karna nyo ken tempat hura-hura, kecuali awak droneuh jeut, karna untuk peuget tugas kuliah” tegas Tgk Abdul Wahed dengan menggunakan Bahasa Aceh.
Penjaga makam menambahkan, saat bencana gempa dan tsunami Aceh, 26 Desember 2004 silam. Makam-makam yang ada di komplek tersebut semua berantakan kecuali Makam Syiah kuala yang tidak mengalami kerusakan, Padahal letak makam dengan pantai sebelum tsunami diperkirakan hanya satu kilometer. Sedangkan saat ini hanya berjarak 100 meter.

Inilah hasil liputan wawancara kami dengan Tgk Abdul Wahed (Penjaga Makam Syiah Kuala) Pada tanggal 02 Juni 2015, Pukul 13.05 Wib di Komplek Makam Syiah Kuala, Kota Banda Aceh https://www.youtube.com/watch?v=qqXAZ6zbyWo.

Sekian dan Terima Kasih (Muhammad Fadhil/ Mahasiswa Sejarah UIN Ar-Raniry Banda Aceh.



Referensi :Wawancara dengan Abdul Wahed (Penjaga Makam) Pada tanggal 02 Juni 2015 Pukul 13.05 di Komplek Makam Syiah Kuala, Banda Aceh.
http://www.merdeka.com/peristiwa/mengintip-makam-keramat-syiah-kuala-di-banda-aceh.html.
Buku Darwis A. Soelaiman, Aceh Bumi Iskandar Muda, Banda Aceh, 2008.

3 Comments

  1. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
    Selamat Idul Fitri 1437 H. Mohon Maaf Lahir bathin
    Salam kenal. Saya Iberahim bertempat tinggal di Banjarmasin Kalsel sangat tertarik dengan hasil wawancara yang Fadhil lakukan dengan Tgk Wahed penjaga makam Syiah Kuala. Ada 1 informasi yg sangat berharga bagi saya tentang pemilik salah satu makam di kompleks makam syiah kuala itu. Makam yang nisannya besar dan tinggi yg menjadi latar foto Fadhil dengan Tgk Wahed. Dalam wawancara kurang begitu jelas disebut namanya krn terdengar suara ribut,,hehe.Nah saya pengen tahu nama pemilik makam tersebut. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas bantuannya.
    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button