NewsPariwisata

Mi Lobster, Kuliner Khas dari Simeulue Aceh yang Wajib Dicoba

Banda Aceh – Belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Kabupaten Simeulue, Aceh, tanpa mencicipi mi lobster, kuliner khas yang menjadi daya tarik utama di daerah tersebut. Simeulue dikenal sebagai satu-satunya kabupaten penghasil lobster di Provinsi Aceh, dan keberadaan lobster ini telah melahirkan sajian unik yang kini semakin populer.

Selain dikenal sebagai penghasil cengkih, Simeulue juga menawarkan keindahan alam yang memikat, menjadikannya destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Dengan beragam objek wisata, tidak heran jika banyak pengunjung yang datang untuk menikmati pesona alam dan juga kuliner khasnya, seperti mi lobster.

Salah satu warung yang terkenal dengan sajian mi lobster adalah Warung Mie Sinan, milik Adnan (42 tahun). Warung ini telah menyajikan mi lobster sejak tahun 2016 dan kini menjadi salah satu tempat favorit bagi para wisatawan. Setiap hari, Adnan mampu menghabiskan sekitar 30 hingga 40 kilogram lobster untuk memenuhi permintaan pelanggan.

“Harga untuk seporsi mi lobster di sini bervariasi, biasanya Rp 50 ribu. Dengan harga itu, pengunjung akan mendapatkan lobster seberat 2 ons, yang disajikan bersama mi kuning,” ujar Adnan, beberapa waktu lalu.

Namun, bagi pengunjung yang ingin menikmati lobster dalam porsi lebih besar, Adnan juga memberikan pilihan untuk menambah jumlah lobster sesuai permintaan, dengan harga yang disesuaikan.

Warung Mie Sinan menyajikan beberapa jenis lobster, di antaranya lobster batu, lobster bambu, dan lobster kipas. Masing-masing jenis lobster ini memiliki cita rasa dan karakteristik tersendiri.

“Lobster batu memiliki rasa yang standar, lobster bambu lebih ringan dan tidak terlalu amis, sedangkan lobster kipas memiliki ukuran yang lebih kecil, rasa lebih manis, dan lebih enak,” jelas Adnan.

Salah seorang pengunjung, Saifullah, mengaku ketagihan dengan rasa mi lobster khas Simeulue. Setiap kali berkunjung ke kabupaten tersebut, ia selalu menyempatkan diri untuk menikmati kuliner ini.

“Saya sudah jadi maniak mi lobster ini. Rasanya beda dengan yang ada di daerah lain di Aceh. Mi dan lobsternya luar biasa. Ini patut kita banggakan, apalagi warungnya dimiliki oleh pengusaha lokal yang memotivasi kita untuk berwirausaha,” ungkap Saifullah.

Saifullah juga menilai bahwa mi lobster di Simeulue memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih luas. Ia berharap kuliner ini dapat menjadi inspirasi bagi pengusaha kuliner lainnya di Aceh, sehingga mi lobster dapat dinikmati di berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.

“Tentu sangat bijak jika kuliner ini dikembangkan lebih jauh. Potensi ekspor lobster dari pulau ini sangat tinggi, dan ke depan mi lobster bisa dikenal hingga ke seluruh Indonesia, bahkan luar negeri,” tambah Saifullah.


Mi lobster di Simeulue. Foto: Muhammad Fadhil/sudutberita.id

Mi lobster di Simeulue tidak hanya menjadi sajian khas yang menggugah selera, tetapi juga memiliki potensi untuk memperkuat ekonomi lokal. Dengan pengelolaan yang baik, kuliner ini bisa menjadi daya tarik wisata yang berkontribusi pada pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian di daerah tersebut.

“Bagi yang belum coba mi lobster Simeulue, sekarang saatnya mencoba,” kata dia.

Berpotensi Tingkatkan Pariwisata

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal, menyampaikan bahwa kuliner mi lobster ini memiliki daya tarik luar biasa, tidak hanya bagi wisatawan lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara.

“Mi lobster adalah kuliner khas Simeulue yang memiliki rasa yang unik dan berbeda dari mi seafood pada umumnya. Kami melihat ini sebagai salah satu potensi besar yang bisa dikembangkan untuk mendukung pariwisata di Aceh, khususnya di Simeulue,” ujarnya, belum lama ini.

Menurut Almuniza Kamal, pemanfaatan kuliner lokal sebagai daya tarik wisata memiliki dampak yang sangat positif, baik bagi perekonomian masyarakat setempat maupun bagi pengembangan sektor pariwisata.

“Selain menawarkan pengalaman kuliner yang otentik, mi lobster juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Simeulue dan mengeksplorasi keindahan alam serta kekayaan budaya yang ada di daerah tersebut,” tambahnya.

Simeulue sendiri dikenal dengan keindahan alamnya, mulai dari pantai hingga perbukitan yang masih asri. Namun, pengembangan sektor kuliner seperti mi lobster dinilai bisa memberikan nilai tambah yang signifikan dalam mempromosikan daerah ini.

Pemerintah Aceh berencana untuk terus mendukung inisiatif ini melalui berbagai program promosi dan pelatihan kepada pelaku usaha lokal agar kuliner ini bisa dikenal lebih luas.

“Ke depan, kami akan berupaya untuk lebih mempopulerkan mi lobster melalui berbagai festival kuliner, pameran, dan acara lainnya, sehingga masyarakat luar dapat mengenal lebih jauh tentang potensi kuliner Aceh, khususnya yang ada di Simeulue,” kata Almuniza Kamal. [ADV]

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button