NewsPariwisata

Songket Putri Lindung Bulan Punya Filosofis Khas Aceh Tamiang

Aceh Tamiang – Mengenal Aceh tidak hanya bicara soal hukum syariat dan pesisir pantainya yang indah dan alamnya yang menakjubkan. Ada hal lain yang perlu dilirik oleh pelancong, yaitu cendramata yang khas dan unik dari Tanah Rencong.

Salah satu daerah yang menyuguhkan cendramata yang punya nilai sejarah yang kaya ialah di Kabupaten Aceh Tamiang, lewat Tenun Putri Lindung Bulan. Apalagi cendramata ini keluar sebagai juara pada Anugerah Pesona Indonesia (API) Awards 2022 kategori cendramata.

Kain tenun songket Putri Lindung Bulan merupakan kain tenun tradisional warisan melayu. Kain tersebut dibuat dari hasil kerajinan tangan dengan ciri khas dan nilai-nilai seni budaya daerah masyarakat suku melayu yang berada di Provinsi Aceh, tepatnya di Aceh Tamiang.

Beragam jenis motif serta filosofi dalam setiap motifnya dan telah diwarisi secara turun temurun. Terdapat 25 motif telah tercatat di Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional.

Saat di kunjungi di salah satu pengrajin di Desa Pekan Seruway, Aceh Tamiang, terdengar jelas suara hentakan mesin dan tarian jari jemari penenun. Benang warna-warni berjejer rapi di dalam lemari di tempat usaha tenun Lindung Bulan.

Penenun juga tampak cekatan dalam mengurai dan menyambung benang ke benang jadi satuan hingga menjadi kain. Binaan Dekranasda Aceh Tamiang ini sudah beroperasi sejak puluhan tahun untuk menjaga tradisi dan tenun songket khas daerah yang berjuluk Bumi Muda Sedia.

Kadisparpora Aceh Tamiang, Muhammad Farij menyebutkan, secara kajian sejarah, kain songket asal Tamiang mempunyai kesamaan dengan kain songket asal Malaka yang bermotif rebung. Motif ini diyakini ada kaitannya dengan salah seorang raja di daerah Seruway, yaitu Zainal Abidin.

“Aceh Tamiang memiliki motif songket yang unik dan cantik, keindahannya memiliki nilai estetika yang tinggi. Ada motif pucok rebong yang merupakan lambang dari Aceh Tamiang itu sendiri,” katanya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dari segi motif Pucok Rebong misalnya, melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun.

Motif Pucok Rebong selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut.

Penggunaan motif Pucok Rebong pada kain songket dimaksudkan agar pemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup. Selain Pucok Rebong, motif yang selalu dipakai adalah Tampok Manggis, Datok Empat Suku, Susun Sireh Berangkai Biji Timun, dan Awan Berarak.

Keseluruhan motif tersebut dibordir menjadi kain songket tenun yang indah melambangkan Bumi Muda Sedia yang betuah. Bumi Muda Sedia adalah sebutan untuk daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

“Cara pembuatan yang masih tergolong sederhana dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu kain songket berbeda-beda,” kata Farij.

Tenun Putri Lindung Bulan di Kabupaten Aceh Taming. Foto: Randi/sudutberita.id

Harga yang ditawarkan dari Rp300 ribu – Rp5 juta tergantung tingkat kerumitan dalam pembuatan motif dan bahan yang dihabiskan. Kain tenun songket merupakan salah satu kearifan lokal yang wajib untuk dilestarikan.

Apalagi saat ini Dekranasda setempat rutin mengadakan pelatihan pembuatan kain tenun songket bagi wanita-wanita daerah di Aceh Tamiang. Agar kesenian itu tetap terjaga dan tidak hilang di telan arus globalisasi.

“Tujuan diadakannya pelatihan adalah melestarikan hasil budaya daerah dan menumbuhkan kemandirian wanita daerah guna meningkatkan taraf kesejahteraan hidup keluarga,” ucapnya.

Kain songket ini sering diikutsertakan dalam berbagai macam lomba dan pameran dengan tujuan mempromosikan kain daerah khas Aceh Tamiang, sehingga layak untuk diakui di dalam negeri maupun mancanegara.

Tahun ini, pengembangan tenun songket ini mendapat perhatian dari BI Lhokseumawe. Baru-baru ini, BI ikut melatih dan memberikan stimulan berupa sejumlah bahan dan perlengkapan tenun kepada Dekranasda untuk pemberdayaan perajin tenun lokal tersebut.

Apalagi, setiap helai kain yang dihasilkan memiliki motif filosofi yang khas dari daerah itu, sehinggah pembeli bisa sekaligus memahami kultur dan budaya lewat kain tenun Putri Bulan. []

Reporter: Randi

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button