Koordinator Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh Zoelmasry. Foto: Facebook |
Banda Aceh – Forum Jurnalis Lingkungan Aceh dan komunitas Rumput Liar menilai pelaksanaan Festival Kuliner Aceh 2022 belum ramah lingkungan. Penggunaan wadah plastik untuk kemasan makanan dan minuman pada gerai-gerai kuliner masih tinggi.
Koordinator Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh Zoelmasry, Jumat (5/8/2022) menuturkan Festival Kuliner Aceh sangat baik untuk mendorong kemajuan usaha kecil menengah di sektor kuliner, akan tetapi pelaksanaan tidak sepenuhnya go green. Penggunaan kemasan plastik masih banyak. Kemasan sekali pakai itu jika tidak dipastikan dikelola akan berakhir menjadi sampah.
Amatan FJL Aceh pada gerai-gerai yang menjual makanan dan minuman masih menggunakan wadah plastik. Para pengunjung setelah menikmati kuliner mereka meninggalkan wadah plastik di atas meja yang oleh penjual membuang ke tempat sampah.
Festival Kuliner Aceh 2022 digelar di Taman Sulthanah Safiatuddin, Kota Banda Aceh sejak, 5-7 Agustus 2022. Festival Kuliner Aceh digelar sebagai ajang mempromosikan kuliner khas Aceh yang berasal dari 23 Kabupaten/Kota.
Sebagaimana diketahui sampah plastik butuh puluhan hingga ratusan tahun untuk dapat terurai. Belum lagi plastik-plastik tersebut akan berubah menjadi mikroplastik yaitu partikel-partikel plastik kecil yang tidak terlihat mata namun berpotensi mencemari udara dan mencemari kualitas air sungai.
FJL mendorong pemerintah untuk serius menerapkan konsep go green jangan hanya jargon saja. Kata-kata BEREH (bersih, rapi, estetis dan hijau) yang digaungkan oleh Sekda Aceh harusnya diterapkan dalam setiap kegiatan.
“Program BEREH yang menitikberatkan pada kebersihan lingkungan ini semestinya menjadi semangat dalam setiap kegiatan yang digelar di Pemerintah Aceh. Promosi kuliner lokal jangan sampai justru menjadi ajang memproduksi sampah plastik,β kata Zoelmasry.
Zoelmasry mengatakan dalam banyak festival yang diadakan oleh Pemprov Aceh penggunaan sampah plastik masih marak. βIni menandakan konsep go green belum sepenuhnya diterapkan, masih hanya sebatas retorika saja,β kata Zoelmasry.
Sementara itu, Direktur Rumput Liar (RL) Aceh Missanur Refasesa, berharap agar pemerintah berusaha menurunkan penggunaan sampah plastik. Apalagi Banda Aceh sebagai kota yang pernah mendapatkan piala Adipura harusnya kebijakan mengurangi sampah plastik benar-benar diterapkan.
“Walaupun sempat dinobatkan sebagai kota dengan pengelolaan sampah terbaik se-Indonesia, namun, Kota Banda Aceh masih minim tempat pengelolaan sampah plastik. Plastik yang digunakan oleh warga sebagian besar besar berakhir di tempat penampungan akhir,β kata Missanur. []