Oleh: Muhammad Nasril, Lc. MA
BESOK, kita akan memasuki tahun baru hijriah 1445 yang ditandai dengan 1 Muharram 1445 H dan bertepatan dengan Rabu tanggal 19 Juli 2023.
Hijriah sendiri merujuk pada sebuah peristiwa agung dalam upaya mempertahankan keimanan yaitu perjalanan baginda Rasulullah SAW dari Makkah menuju Madinah, yang dikenal dengan hijrah.
Peristiwa hijrah ini bukan peristiwa biasa, tapi peristiwa dimana kondisi tertentu mengharuskan baginda Rasullullah SAW dan sahabatnya untuk melakukannya. Hijrahnya baginda Rasulullah SAW merupakan perintah Allah, perjuangan yang besar, sebagai bentuk perlawanan terhadap kaum musyrikin Makkah, sehingga kehilangan nyawa adalah taruhan paling dekat saat itu. Nabi dan para sahabat meninggalkan tempat yang tidak kondusif untuk berdakwah.
Saat itu, Rasulullah SAW bersama para sahabat mendapat perlakuan buruk dan kasar dari orang-orang Quraisy yang masih kafir, umat muslim dikejar-kejar dan dianiaya. Ketika melihat kondisi Makkah tak lagi aman bagi umatnya, Nabi Muhammad SAW mengizinkan sahabatnya untuk hijrah.
Ibnu Hisyam dalam kitab Sirah Nabawiyah menjelaskan salah satu motivasi hijrah adalah sikap orang-orang kafir Quraisy kepada kaum muslim Makkah sudah tidak bisa ditolerir. Setiap orang yang mengikuti Nabi difitnah dan diusir dari tempat tinggalnya, disiksa dan diintimidasi. Sebagian dari mereka ada yang lari ke Habasyah, ke Madinah, dan ke berbagai wilayah di luar Makkah.
Namun Nabi belum bisa berbuat banyak kecuali berdoa kepada Allah dan terus bersabar, karena belum ada perintah untuk melawan atau berperang. Maka setelah turun wahyu surat al-Hajj ayat 39 sampai 41, yang isinya Allah mengizinkan untuk melakukan perlawan kepada kafir Quraisy yang melakukan kezaliman dan pengusiran kaum muslimin dari tempat tinggal mereka tanpa hak.
Peristiwa hijrah ini menyisakan kita banyak pelajaran, ia bukan peristiwa biasa, tapi peristiwa dimana kondisi tertentu mengharuskan baginda Rasullullah SAW dan sahabatnya untuk melakukannya. Peristiwa perpindahan dari Makkah ke Madinah dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syariat Islam.
Ini merupakan peristiwa yang agung yang harus kita renungi dan peringati dengan penuh khidmat. Perayaan hari besar ini menjadi alarm kepada generasi muda tentang peristiwa agung ini, perjuangan baginda rasul dan sahabat dalam menegakkan kalimat tauhid dan proses persatuan umat.
Walau demikian, sulitnya perjalanan, hijrah tersebut bukanlah melarikan diri, apalagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru berhijrah tatkala semua sahabatnya telah berangkat menuju Madinah.
Beliau meminta Abu Bakar ash-Shiddiq dan seorang pemandu jalan Abdullah bin Uraiqit untuk menemaninya dalam menempuh perjalanan dengan jarak lebih kurang 500 Km dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sampai ke tempat tujuan dengan melewati medan yang sangat sulit dan transportasi yang masih manual, ditambah lagi dengan musuh yang terus mengejar baginda Rasulullah SAW bersama sahabat.
Melihat peristiwa agung tersebut menyisakan hikmah dan pelajaran penting dalam kehidupan kita untuk senantiasa berproses ke arah lebih baik, menjadi mukmin dan muslim sejati, menjadi penolong agama Allah dan berjuang untuk keluar dari kondisi sulit, yaitu berjuang menjadi umat yang bermanfaat untuk umat lainnya.
Seperti kita ketahui, hijrah itu bergerak berpindah. Maka hijrah ini adalah terus update dan bergerak sepanjang hayat, berhijrah juga meninggalkan segala hal yang buruk baik, negatif, maksiat, kondisi yang tidak kondusif di rumah, kampung dan tempat kerja menuju keadaan yang lebih baik, positif dan kondisi yang menguntungkan serta menata diri melawan semua penyakit hati.
Sejatinya, kondisi hari ini mampu menambah energi positif bagi kita untuk bersama-sama hijrah, menebar kedamaian, meninggalkan perpecahan karena perbedaan warna politik, dan sepakat berhijrah untuk keadaan lebih baik.
Kita harus hijrah untuk berjuang melawan upaya-upaya yang dilakukan pihak tertentu dalam memecah belah umat, menghentikan hoaks dan provokatif, mengambil peran masing-masing untuk bersama-sama berjuang, terus berhijrah sampai akhirnya kita menikmati kemenangan bersama.
Hijrah kita hari ini adalah ikhtiar untuk mewujudkan kondisi lebih baik, bergerak ke arah lebih baik dengan komitmen dan konsekuensi yang harus dilakukan karena berpindah dari keadaan yang buruk menjadi keadaan yang baik, dari kondisi yang sudah baik menjadi kondisi yang lebih baik.
Seperti disampaikan dalam beberapa literatur bahwa hijrah menjadi dua macam, yaitu hijrah makaniyah yakni berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan hijrah maknawiyah mengubah diri, dari yang buruk menjadi lebih baik demi mengharap keridhaan Allah SWT, dari maksiat menuju ketaatan.
Meski saat ini kita tidak lagi dituntut berhijrah dari satu tempat ke tempat lain karena alasan musuh dan faktor yang membahayakan bagi diri dan agama, sejatinya kita dapat mengambil makna hijrah secara maknawi, ikhtiar berjuang untuk kondisi lebih baik, menjadi insan lebih baik dan terus bergerak ke arah lebih baik, karena berpindah dari keadaan yang semula buruk menjadi keadaan yang baik, dari kondisi yang sudah baik menjadi kondisi yang lebih baik, itulah hijrah.
Setiap individu mengambil peran masing-masing, saling mendukung dan membantu sesama dan senantiasa menebar kebaikan apalagi menjelang pesta 2024, amanah bagi yang menjalankan tugas dengan komitmen bergerak ke arah lebih baik.
Hijrah tidak boleh salah kaprah, hijrah bukanlah tren atau mazhab, bukan milik sebagian kelompok, tapi hijrah adalah keharusan, milik semua insan untuk terus-menerus memperbaiki diri, memperbaiki cara berpikir, dan memperbaiki cara berucap serta bersikap, sehingga dengan berhijrah kita bertekad bagaimana menjadi hamba yang baik menurut Allah.
Untuk kita semua, bersiap-siaplah untuk hijrah berjuang sekuat tenaga berhijrah ke arah yang lebih baik dalam segala aspek selama menjalani kehidupan ini. []
Penulis merupakan mahasiswa S3 Hukum Islam UIN Jakarta (Program BIB Kemenag-LPDP) & Penghulu KUA Kuta Malaka Aceh Besar