Banda Aceh – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bersama Universitas Syiah Kuala (USK) melaksanakan sosialisasi penyusunan proposal grant riset sawit (GRS) 2023.
Kegiatan yang berlangsung Kamis (26/1/2023) itu digelar di Balai Senat kampus setempat, Kota Banda Aceh.
“Kami menyambut baik pertemuan dan kegiatan tersebut,” kata Wakil Rektor I USK, Prof Agussabti dalam keterangannya, Jumat (27/1/2023).
Menurutnya, sudah menjadi keniscayaan bagi Perguruan Tinggi maupun BPDPKS untuk memikirkan keberlanjutan kelapa sawit bagi masyarakat, terutama menghadirkan inovasi produk demi adanya nilai tambah.
“Selama ini sawit milik perusahaan kita lihat berjalan sangat produktif dan efektif. Sedangkan sawit yang milik rakyat, tidak begitu terawat. Ini menjadi tugas bersama kita, terutama menghadirkan penelitian yang bagus, yang berdampak langsung,” kata Prof Agussabti.
USK sendiri memiliki Pusat Riset Sawit, yang keberadaannya dipandang sangat baik untuk berkolaborasi dengan BPDPKS. Menurutnya, baik penelitian maupun semangat dalam menghadirkan kesejahteraan, berkorelasi dengan program USK yang segera meluncurkan 1000 pengusaha muda.
“BPDPKS salah satu mitra USK untuk memikirkan supaya dana yang dikelola, bisa kembali dan menjamin kesejahteraan masyarakat. USK selain meluncurkan 1000 pengusaha muda, juga me-launching program Profesor Berkarya, dengan harapan para profesor terus membumi dan tidak hanya scopus,” sebut WR I.
Komite Penelitian dan Pengembangan BPDPKS, Prof Didiek Hadjar Goenadi menyampaikan, riset tentang kelapa sawit dari hulu ke hilir sudah sangat banyak.
Meskipun begitu, ia mengakui bahwa masih sedikit yang dapat diterapkan secara langsung dan menghasilkan dampak yang signifikan.
Karena itu, ia berharap para peneliti terutama peneliti USK bisa lebih giat, penuh komitmen dan melahirkan terobosan dalam setiap riset kelapa sawit. Hanya saja, proposal penelitian musti disajikan dengan baik.
“Orientasi riset perlu diarahkan ke Future Needs dan bersifat Benefit Regenerative untuk menjamin keberlanjutan,” jelas Prof Didiek.
Di samping itu, ia juga membeberkan sejumlah temuan tentang riset yang gagal. Salah satunya ada pada lemahnya komitmen peneliti pengusul di dalam mengajukan ide dan teknologi yang ditawarkan, hal itu menjadi sebab terbanyak pada kegagalan penyajian proposal.
“Topik riset perlu mengacu pada fokus riset GRS 2023 dari BPDPKS, dan utamakan yang mampu menghasilkan output signifikan dan bukan seperti riset as usual (publikasi plus plus plus),” tegasnya. []