Banda Aceh – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh menggelar diskusi bertajuk “Deforestasi Hutan Aceh dan Solusinya” di Sekretariat AJI Banda Aceh, pada Kamis (29/2/2024).
Diskusi menghadirkan Pelaksana Harian Kepala Seksi Sumber Daya Hutan dan Tata Lingkungan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Aceh Galang Bagus Cendana dan Manajer GIS Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) Lukmanul Hakim.
Selain itu, juga hadir Sub Koordinator Seksi Inventarisasi Perencanaan Hutan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh Dedek Hadi dan Koordinator Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Rahmat. Diskusi dipandu Rahmat Fajri, jurnalis Antara.
Ketua AJI Banda Aceh Juli Amin mengatakan, diskusi seperti ini rutin digelar supaya jurnalis memperoleh data terbaru mengenai kondisi hutan Aceh dari tahun ke tahun. Data ini penting bagi jurnalis dalam meliput isu lingkungan.
“Kami sebagai jurnalis menggelar acara ini untuk mendapatkan data yang dimiliki lembaga pemerintah dan LSM mengenai kondisi hutan Aceh,” kata Juli Amin, Kamis (29/2/2024).
“Data ini sangat membantu kami mendapat pemahaman sebab, akibat, dan dampak deforestasi sehingga akan menghasilkan karya-karya jurnalistik yang akurat,” lanjutnya.
Data HAkA menunjukkan Aceh kehilangan tutupan hutan 8.906 hektare sepanjang 2023. “Setara 1,5 kali luas danau Lut Tawar,” kata Lukmanul Hakim, Manajer GIS HAkA.
Menurutnya, tiga kabupaten tertinggi deforestasi 2023, yaitu Aceh Selatan 1.854 hektare, Kota Subulussalam 911 hektare, dan Aceh Utara 866 hektare. Akumulasi 2017-2023, Aceh Tengah paling tinggi deforestasi dibanding daerah lain.
Namun secara umum, tren deforestasi di Aceh berdasarkan data HAkA, WRI, dan KLHK justru menurun dari tahun ke tahun. “Ketiganya senada bahwa deforestasi menurun,” kata Lukmanul.
Adapun Rahmat dari BKSDA Aceh mengatakan, dampak deforestasi hutan salah satunya menyempit habitat satwa liar. “Ada fragmentasi habitat sehingga berkurang ruang gerak atau jelajah satwa,” katanya.
Dia menuturkan Aceh memiliki empat satwa kunci, yaitu gajah, orang utan, harimau, dan badak. Menurutnya, badak satwa paling mengkhawatirkan di Aceh. “Kelompoknya terpisah,” katanya.
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Aceh terus memantau kondisi hutan Aceh, termasuk salah satunya dengan menggunakan pencitraan satelit.
Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh menyebut data dan indikasi deforestasi penting dalam mencari solusi agar kehilangan tutupan hutan di Aceh tidak masif.