Banda Aceh – Bekerja di kapal pesiar adalah impian banyak orang. Selain mendapat gaji lumayan besar, pekerjaan yang satu ini juga dapat membuka kesempatan mengelilingi dunia.
Itulah yang dirasakan Mahda Fiqqia. Pria kelahiran Aceh Utara, 26 tahun silam itu bekerja di kapal pesiar AIDAdiva sejak April 2023 silam.
“Saya bergabung di kapal pesiar pada bulan April 2023, setelah bekerja selama sembilan bulan, saya kini mendapat jatah liburan,” kata Mahda kepada sudutberita.id, Selasa (5/3/2024).
Pekerjaan yang digeluti Mahda bermula saat ia menjalani progam pemagangan dari Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk (Disnakermobduk) Provinsi Aceh selama delapan bulan di LPKN Training Center Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2022.
Selesai progam pemagangan, Mahda kemudian bergabung dengan kapal pesiar AIDAdiva di sekitar Kepulauan Karibia yang berada di antara Brazil dan Meksiko.
Kapal tersebut beroperasi di sejumlah negara di bagian Amerika Latin, seperti Meksiko, Brazil, Argentina, Chile, Bolivia, Kolombia, Kosta Rika dan sejumlah negara lainnya.
“Kapal pesiar tempat saya bekerja beroperasi di kawasan Amerika Latin, tetapi kapal-kapal lainnya di perusahaan yang sama juga ada menyeberang ke Asia,” kata Mahda.
Berbulan-bulan berada di lautan tak membuat Mahda bosan. Ini karena kapal pesiar tempat dirinya bekerja memiliki beragam fasilitas, mulai dari makanan yang beraneka macam, tempat tidur dilengkapi AC hingga berbagai fasilitas lainnya.
“Di kapal pesiar kita bisa makan sesuka hati karena banyak menunya dan terpenuhi gizinya, di sana juga ada TV, internet 24 jam, jadi tidak usah takut terputus komunikasi dengan keluarga,” ucap Mahda.
Adapun gaji yang didapat saat bekerja di kapal pesiar mencapai di atas Rp 15 juta per bulan. Bagi Mahda, jumlah tersebut bukanlah sedikit.
“Kelebihan kerja di kapal pesiar, gaji segitu itu sudah bersih, artinya tidak dipotong lagi, segala kebutuhan lainnya ditanggung perusahaan, termasuk tiket pesawat saat liburan,” katanya.
Mahda baru menyadari pentingnya program pelatihan yang diikuti selama delapan bulan di Mataram, sebelum bekerja di kapal pesiar. Berangkat dari Aceh dengan kemampuan nol, Mahda diasah selama delapan bulan untuk siap diterjunkan di dunia kerja.
“Saya tidak ada kemampuan apa-apa, berangkat dari nol, jadi semua yang saya dapatkan selama pelatihan saya aplikasikan saat bekerja di kapal pesiar ini,” ujar Mahda.
Mahda berharap program pelatihan tersebut terus belanjut setiap tahunnya. Ia bahkan menyarankan ada sebuah lembaga pelatihan serupa yang lokasinya di Aceh, sehingga bisa memudahkan banyak orang untuk mengikutinya.
“Kemudian join ke kapal pesiarnya juga kalau bisa ada di sini, jadi kita tidak usah jauh-jauh ke luar,” ujar Mahda.
Baca juga: Persiraja Membawa Berkah Bagi Oky Rahadianto
Untuk mengikuti progam pelatihan dan bekerja di kapal pesiar, Mahda menyebutkan penguasaan bahasa Inggris sangatlah penting. Karena itulah, ia mengajak generasi muda Aceh untuk mengasah kemampuannya dalam berbahasa, terutama Inggris.
“Yang ingin join di kapal pesiar, setidaknya belajar bahasa Inggris, tidak perlu kursus, belajar bahasa Inggris bisa melalui Youtube dan main game asalkan kalian niatkan itu semua untuk belajar,” tutur Mahda.
Dalam kesempatan itu, Mahda juga menyampaikan dengan banyaknya putra Aceh yang berkarir di kapal pesiar, maka semakin membuka peluang kapal pesiar tersebut singgah di daerah ini.
“Jika banyak kru dari Aceh, maka ini menjadi tolak ukur untuk singgah di Aceh. Karena kalau tidak ada kru, mereka tidak tahu banyak tentang kondisi Aceh,” ujarnya. []
Muhammad Fadhil