Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof Syamsul Rijal. Foto: Infopublik |
Banda Aceh – Guru Besar Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Ar-Raniry, Prof Syamsul Rijal menilai pentingnya keterlibatan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki kampus tersebut untuk merespons setiap persoalan sosio-religi di provinsi berjuluk Serambi Makkah itu.
Hal tersebut disampaikan Prof Syamsul dalam keterangannya di Banda Aceh, Sabtu (15/10/2022).
“Kalau risalah Nubuwwah adalah untuk melakukan dakwah Rasul kepada umat, tetapi risalah dosen haruslah mampu merespons persoalan sosio-religi yang ada di kampus maupun luar kampus,” kata Prof Syamsul.
Ia menyampaikan bahwa UIN Ar-Raniry saat ini memiliki seribuan tenaga pendidik dari berbagai bidang ilmu, 160 di antaranya merupakan dosen lulusan S-3.
Bahkan, universitas berjuluk “Kampus Biru” ini memiliki puluhan guru besar dalam berbagai bidang ilmu Islam.
Keberadaan para dosen tersebut, menurut Syamsul memiliki potensi tersendiri. Oleh karena itu, katanya, para pendidik ini harus saling bersinergi, sehingga kehadirannya dirasakan di tengah-tengah masyarakat Aceh.
“Saatnya komunitas dosen UIN Ar-Raniry bergerak, bersinergi bahwa Anda sebagai dosen dirasakan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat, apa persoalan keacehan hari ini, persoalan peradaban kah, persoalan kemiskinan kah, sosial kah, budaya dan politik, itu tidak mungkin tidak ada solusi dari pendekatan keislaman,” ujarnya.
Dalam momentum maulidur rasul, Syamsul mengajak seluruh komponen UIN Ar-Raniry, baik dosen, mahasiswa dan karyawan untuk bangkit dari kelalaian.
Keberadaan komponen ini, kata Syamsul, adalah sebuah kekuatan bagi UIN Ar-Raniry sebagai salah satu lembaga pendidikan di tanah air.
“Tiga komponen ini tidak boleh berselimut, tidak boleh berdiam diri, tetapi harus bangun sesuai dengan kapasitas masing-masing,” tutur Syamsul.
Dalam kesempatan itu, Syamsul juga mengajak para jemaah untuk melibatkan Tuhan dalam segala urusan.
Menurutnya, seseorang yang berjuang dalam pekerjaaan profesionalitas dirinya tanpa menyertakan kehadiran Tuhan, maka akan datang malapetaka bagi dirinya.
“Seseorang yang berjuang menegakkan profesionalitas dirinya, bila mana dia berhasil maka dia tidak akan pernah sombong, karena menyertakan Tuhan dalam perjuangannya. Orang yang sukses seperti ini akan bersyukur, akan menghargai manusia sebagai komunitas yang manusiasi,” kata Syamsul.
Tetapi, tambah mantan Wakil Rektor III UIN Ar-Raniry itu, bila mana seseorang yang berjuang menegakkan profesionalitasnya tidak menyertakan Tuhan dalam perjuangannya, maka ia akan takabur.
“Dan kalau ia sukses, ia anggap karena suksesnya karena dirinya, bukan pertolongan Tuhan dalam kesuksesan tersebut. Sebaliknya apabila dia gagal, maka dia tidak mau mengoreksi dirinya, karena tidak menyertakan adanya Tuhan,” ucap Syamsul. []
Sumber: Infopublik.id