Banda Aceh – Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung membahas digitalisasi keuangan di Universitas Syiah Kuala melalui kegiatan Kuliah Umum Bank Indonesia Mengajar 2023 di Aula Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USK, Banda Aceh, Senin (7/8/2023).
Kegiatan BI Mengajar ini merupakan rangkaian kegiatan HUT BI ke-70 yang jatuh pada tanggal 21 Juli 2023, serta peringatan Hari Kemerdekan Republik Indonesia yang ke 78 pada 17 Agustus mendatang.
Juda Agung mengatakan, setelah pandemi Covid-19 dunia menghadapi banyak tantangan baru salah satunya adalah rising digitalization. Meningkatnya pertumbuhan digitalisasi ini telah banyak mempengaruhi industri keuangan. Hal ini terlihat penggunaan mobile banking di masyarakat, di mana transaksi keuangan bisa terjadi begitu cepat.
Misalnya, untuk pengiriman uang ke luar negeri sekarang hanya butuh waktu kurang dari empat detik. Padahal dulu bisa sampai 10 hari dan biayanya mahal. Perkembangan digitalisasi ini juga menyebabkan masyarakat sudah jarang pergi ke Bank.
“Jadi bank itu kita yang meng-operate, kalau dulu kita yang minta tolong ke bank. Jadi sekarang kita sendiri yang meng-operate bank, sehingga pegawai bank semakin sedikit,” ucapnya.
Untuk itulah, dirinya mengingatkan masyarakat untuk siap menghadapi tantangan global ini. Hal inilah yang terus menjadi perhatian BI demi terciptanya kestabilan sistem ekonomi di Indonesia.
Juda Agung mengakui, salah satu isu nasional terkait digitalisasi keuangan ini adalah keamanan cyber. Oleh karena itu, BI dan Otoritas Jasa Keuangan telah berkoordinasi untuk menciptakan kekuatan dan keamanan cyber pada industri keuangan Indonesia.
“Ini yang sedang kita terus perkuat. Karena ini bagian yang sangat penting kalau kita bicara digitalisasi,” ucapnya.
Sementara itu, Rektor USK Prof. Dr. Ir. Marwan mengatakan, dirinya menyambut baik kuliah umum ini karena dapat membuka wawasan sivitas akademika USK, termasuk mahasiswa terkait digitalisasi keuangan.
Rektor mengatakan, USK memiliki semangat yang sama dengan BI dalam menjaga stabilitas perekonomian. Hal ini terbukti dengan kolaborasi kedua institusi ini dalam menggerakkan ekonomi Aceh, terutama di sektor ekonomi mikro.
Salah satu bentuk nyata dari kerja sama ini adalah berkembang kembalinya industri nilam di Aceh, setelah BI mendukung USK untuk melakukan intervensi nilam Aceh melalui lembaga risetnya yaitu Atsiri Research Center (ARC).
“Kolaborasi seperti ini sangatlah penting untuk membangkitkan ketahanan ekonomi nasional. Maka kami berharap, kerja sama yang sudah terbangun baik selama ini bisa terus ditingkatkan,” ucapnya. []