Amelia-Debus Warnai Malam Pertama Festival Musik Etnik di TB Banda Aceh |
Banda Aceh – Festival Musik Etnik resmi dibuka oleh Kabid Bahasa dan Seni Disbudpar Aceh, Nurlaila Hamjah yang mewakili Kadisbudpar Aceh, Selasa (25/10/2022) malam di Taman Budaya, Banda Aceh.
Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, berlangsung selama dua hari 25-26 Oktober 2022.
Malam pembukaan, festival ini diwarnai dengan penampilan sejumlah band etnik, seperti The Budhi, Amelia Bahar and Friends, sanggar tari, hingga Fahmil Arabi.
Penampilan The Budhi dengan suara melengking mampu menyulap panggung festival musik etnik semakin meriah.
Bahkan, pada lagu terakhir, The Budhi berkolaborasi dengan debus yang dimainkan oleh Nazar Debus, sehingga semakin menarik antusias penonton.
Nazar memamerkan seni debus dengan memainkan parang dan gergaji ke anggota tubuh. Sehingga membuat semua mata yang tertuju padanya merasa ‘nyilu’.
Malam pertama diakhiri dengan suara merdu Amelia Bahar serta suara ikonik dari musisi asal Aceh Selatan, Fahmil Arabi.
Di arena Festival Musik Etnik, pengunjung bisa menikmati musik seraya meneguk kopi atau berburu jajan street food.
Karena di area itu banyak berdiri mobil kopi lapak jajanan.
Kabid Seni dan Bahasa, Nurlaila Hamjah yang mewakili Kepala Disbudpar Aceh, Almuniza Kamal saat pembukaan mengatakan, musik tidak terlepas dari keselarasan, harmonisasi dan perasaan.
Musik merupakan bahasa yang global dimana musik sebagai wujud menyampaikan perasaan, situasi dan keadaan yang digambarkan secara imajinatif dengan satu keselarasan dan perekat satu kesatuan dan kebersamaan, karena musik tidak memandang perbedaan.
Katanya, untuk peningkatan kemampuan, serta penguasaan bermusik, maka dibutuhkan wadah atau event yang diharapkan mampu menampung dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh generasi muda. Sekaligus memacu kreativitas ke arah yang lebih positif dan bermanfaat. Oleh karena itu, Disbudpar Aceh menggelar Festival Musik Etnik.
Musik etnik garapan merupakan sebuah konsep perpaduan antara musik etnik dengan modernitas. Kata Nurlaila, keunikan yang dimiliki oleh musik etnik di Aceh, harus bisa dimanfaatkan menjadi sebuah peluang. Potensi yang harusnya bisa lebih ditingkatkan dalam usaha memajukan pariwisata dan kebudayaan Aceh.
“Mudah – mudahan kegiatan ini sebagai langkah strategis dalam membantu anak Aceh dalam mengembangkan dan mempertahankan khazanah musik Aceh supaya terlepas dan terhindar dari masalah modernisasi negatif serta dapat mewujudkan dirinya menjadi generasi berprestasi yang gemilang,” ujar Nurlaila.
Ia menjelaskan, Festival Musik Etnik ini adalah kegiatan yang dibuat dengan konsep perlombaan dan diikuti oleh beberapa komunitas/group musik dari seluruh Aceh.
Ia merincikan, kriteria penilaian yang akan dilakukan oleh dewan juri meliputi beberapa hal, seperti Performance Skill, Aransemen dan Kreatifitas, Musikalitas dan Harmonisasi serta Aksi Panggung atau Penguasaan Panggung. Nantinya akan menghasilkan 4 kategori juara, yaitu Juara I, Juara II, Juara III dan Juara Harapan. Dan akan mendapatkan hadiah juara berupa uang tunai, plakat dan sertifikat penghargaan sebagai juara.
“Kami sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak agar kegiatan ini dapat terlaksana sesuai dengan rencana. dan pesan saya bagi para peserta selamat berlomba, yang pertama itu ikut lomba kemudian junjung tinggi sportivitas, selanjutnya mencari nilai terbaik dan terakhir raih juara. Karena sejatinya sang juara harus melewati proses,” ujarnya.
Sebanyak 10 band etnik dari sejumlah daerah akan mewarnai ajang festival tersebut.
Para peserta Festival Musik Etnik akan berkompetisi untuk menjadi terbaik. Ajang ini menyediakan hadiah sebesar Rp 29 juta.
Pada Rabu (26/10/2022), acara dilanjutkan dengan penampilan peserta, mulai pukul 14.00 WIB hingga malam.
Bagi warga yang ingin menyaksikan band-band etnik Aceh unjuk karya, silahkan datang ke panggung terbuka Taman Budaya. []