Banda Aceh – Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik Diskominsa Aceh, Alfajrian AB, menekankan pentingnya peran media dalam menyampaikan informasi yang objektif selama momen Pilkada 2024 di daerah ujung barat Sumatra itu.
Alfajrian mengeklaim tingkat penerimaan hoaks di Aceh mengenai Pilkada lebih rendah karena agama masyarakatnya lebih kuat.
“Hoaks di Aceh kurang karena agamanya kuat, agama kita orang Aceh lebih kuat. Di momen Pilkada, di Aceh lebih dominan black campaing,” kata Alfajrian dalam diskusi di AJI Banda Aceh, Jumat (18/19/2024).
Dia menyampaikan bahwa Pilkada Aceh biasanya didominasi oleh kampanye hitam (black campaing) yang mengedepankan rekam jejak para calon.
Alfajrian menamsilkan, di Banda Aceh, semua calon pada Pilkada 2024 adalah mantan pejabat yang memiliki rekam jejak, yang tak luput dari kekhilafan.
“Sekarang, rekam jejak itu diungkit kembali, padahal yang seharusnya dibahas adalah visi dan misi calon, nah di sini peran media dalam memfilter setiap berita yang akan diterbitkan,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Alfajrian berharap media dapat berperan sebagai konsultan publik, dengan lebih banyak menyampaikan visi dan misi calon ketimbang fokus pada isu-isu negatif.
“Media seharusnya menjadi filter informasi, bukan hanya penyebar berita. Ini penting agar masyarakat mendapatkan informasi yang akurat dan tidak terjebak dalam hoaks yang marak di media sosial,” tuturnya.
Alfajrian juga mengatakan bahwa media mainstream perlu menjadi rujukan bagi publik di tengah banyaknya informasi yang beredar, terutama saat Pilkada 2024.
“Saya sepakat seperti yang disampaikan Pak Yocerizal, media harus menjadi rujukan masyarakat di tengah banyaknya hoaks di media sosial,” ungkap Alfajrian.
Diskusi yang mengusung tema “Peran Media Menangkal Hoaks di Pilkada Aceh 2024” itu juga diisi oleh Salman Mardira (AJI Banda Aceh) dan Yocerizal (Harian Serambi Indonesia). []