Aceh Besar – Sebanyak 400 lebih mahasaiswa/i Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Abulyatama (Unaya) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan tajhiz mayat ke sekolah tingkat SMA/MA di Banda Aceh dan Aceh Besar.
“Selain SMA, kegiatan ini juga dilaksanakan pada tingkat SMP/MTsN di dua daerah itu. Kegiatan ini kita gelar Selasa 25 Juli 2024 lalu,” kata Reza Kurniawan, selaku koordinator kegiatan kepada sudutberita.id, Selasa (30/7/2024).
Ia mengatakan, pengabdian dalam bentuk pelatihan ini merupakan salah satu tuntutan dari Tridarma Perguruan Tinggi. Selain mahasiswa, kegiatan ini juga melibatkan dosen dari lingkungan FIKes Unaya untuk melaksanakan pendampingan bagi mahasiswa yang melaksanakan praktik.
Menurut Reza, Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan pemahaman yang mendalam terutama bagi remaja terkait dengan pelaksanaan fardhu kifayah. Kegiatan ini dilaksanakan setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat terkait hal yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Hasil dari observasi dan studi awal yang dilakukan oleh mahasiswa di desa, masih didapatkan desa-desa yang ketersediaan orang yang mampu melaksanakan fardhu kifayah sangat minim, sehingga hal ini menjadi problem tersendiri di masyarakat, dan bahkan ada sebagian desa yang harus mencari ke desa tetangga untuk melaksanakan proses fardhu kifayah ketika ada warga yang meninggal.
Hal ini, kata Reza, menjadi sebuah tolak ukur tersendiri bagi FIKes Unaya untuk melaksanakan program pelatihan tajhiz mayat di sekolah.
Reza menjelaskan, kegiatan tersebut difokuskan pada remaja karena mereka adalah ujung tombak yang berhadapan langsung dengan masyarakat.
Sehingga, katanya, pada pelaksanaan kegiatan ini diharapkan, para remaja yang dibimbing dan dilatih akan menjadi perpanjangan tangan dari FIKes Unaya untuk melakukan pelatihan serupa di masyarakat tempat desa mereka berada.
Kegiatan pelatihan tajhiz mayat ini mendapatkan respons yang sangat positif, bukan saja dari pihak siswa, tetapi juga dewan guru dan pihak pengelola sekolah.
“Bahkan ketika pelatihan berlangsung, yang mengikuti bukan saja siswa sebagai sasaran dari kegiatan yang dilaksanakan, namun dewan guru juga sangat antusias untuk mengikuti kegiatan dengan khidmat,” kata Reza.
Kegiatan ini dilakukan mulai dari pemberian kuesioner untuk melihat kemampuan siswa sebelum dan sesudah pelatihan dilaksanakan, proses memandikan, mewudhukkan, mengkafankan, dan menshalatkan.
Kegiatan ini akan dilaksanakan secara berkesinambungan, dan masuk agenda setiap tahun, sehingga kelangkaan tenaga tajhiz mayat di desa-desa dapat teratasi. []