Banda Aceh – Fenomena melimpahnya hasil tangkapan nelayan yang terjadi dalam beberapa hari ini di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Lampulo yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga ikan.
Pemerintah Aceh melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melakukan beberapa langkah dalam menangani kondisi tersebut dan memantau langsung perkembangan pasar untuk mengembalikan kestabilan harga ikan tersebut.
Kepala DKP Aceh Aliman, mengatakan, di satu sisi patut disyukuri bahwa saat ini ketersediaan ikan di laut Tanah Rencong melimpah.
“Hanya saja dalam pemanfaatan sumberdaya yang berlimpah ini membutuhkan kehati-hatian dan strategi agar harga dan mutu ikan dapat terjaga,” kata Aliman, Sabtu (4/5/2024).
Aliman mengatakan, pihaknya turut menjalin komunikasi dan mencari potensi pasar di beberapa tempat seperti Sibolga, Belawan dan Jakarta. Dari hasil penelusuran tersebut ada pengusaha yg masih mau menampung dengan syarat kualitas ikannya masih bagus.
Ia menjelaskan, nelayan dalam menjalankan usaha menangkap ikan di laut agar perlu memperhatikan kapasitas tampung (fishing capacity) dari pada kapal masing-masing, terutama dengan jumlah ketersediaan es di kapal, ini dimaksudkan untuk menjaga mutu ikan.
“Jadi kami sosialisasikan pada nelayan agar menangkap secukupnya dan menjaga kualitasnya, tidak menangkap sebanyaknya tapi penanganan tidak baik sehingga kualitasnya rusak,” ujarnya.
Menurutnya, faktor lain yang menyebabkan banyaknya hasil tangkapan ikan karena di WPPRI 572 sedang mengalami musim ikan, sehingga semua armada penangkapan ikan yang beroperasi di wilayah tersebut (Barat Sumatera) mengalami peningkatan hasil tangkapan.
Oleh karena itu, pihaknya sudah mengintruksikan kepada Syahbandar agar mengurangi trip penangkapan ikan guna menghindari kerugian nelayan.
“Sementara itu, permintaan pasar atau kebutuhan ikan secara domestik tidak meningkat atau mengalami stagnasi. Ketika permintaan ikan di pasar tetap, sementara produksi meningkat, maka yang terjadi adalah harga ikan akan menurun,” tambah Aliman.
Berdasarkan pengamatan pihaknya di lapangan, ikan yang tidak tertampung oleh cold storage maupun pedagang dikarenakan memang kwalitas ikan yang didaratkan di pelabuhan sudah dalam kondisi kurang baik (bawah standart – BS).
Selain itu, jumlah cold storage yang ada di wilayah kota Banda Aceh jumlahnya terbatas. Terbatasnya jumlah unit pembangunan Cold Storage juga disebabkan oleh faktor ketersediaan bahan baku (ikan segar) secara real time tidak tercukupi atau tidak mampu terisi secara penuh.
“Bahan baku melimpah hanya disaat musim ikan melimpah,” sebut Aliman.
Berdasarkan data dan pengalaman selama ini, produksi ikan melimpah dominannya terjadi dari bulan September hingga Januari. Semestinya produksi ikan yang meningkat ini dapat didistribusikan ke berbagai tujuan.
“Dari konfirmasi yang kami peroleh dari pelaku usaha bahwa terganggunya distribusi hasil perikanan di Aceh turut mempengaruhi pemasaran ikan ke luar negeri (ekspor) akibat situasi konflik yang terjadi di wilayah Timur Tengah.”
Sebab itu, dia berharap armada penangkapan ikan supaya dapat menangani hasil tangkapan di atas kapal dengan baik dan mampu mempertahankan mutu ikan hingga sampai ke darat.
“Penanganan di atas kapal yang benar salah satunya adalah bukan menangkap ikan sebanyak-banyaknya tetapi secukupnya atau menyelesaikan dengan kapasitas, artinya di perkiraan bisa tertangani tetap dalam kualitas yang baik ketika tiba di darat,” tuturnya.
Terkait adanya isu ikan yang ditanam di sekitar PPS Kutaraja, Aliman mengatakan, hal ini disebabkan kondisi fisik ikan yang sudah busuk dan tidak layak konsumsi [akibat penanganan yang tidak baik di atas kapal].
“Sebenarnya kondisi ikan BS ini selalu terjadi, hanya saja dalam jumlah yang sedikit, dan tertampung oleh pembudidaya lele dan pembudidaya kerapu sebagai pakan bagi ikan budidaya,” katanya.
Perlu juga kami sampaikan, kapasitas penampungan pada cold storage memang terbatas. Saat ini semua cold storage yang ada di komplek PPS Kutaraja dan sekitaran Banda Aceh sudah optimal menyerap ikan hasil tangkapan nelayan. Bahkan cold storage ada yang sudah kelebihan kapasitas artinya ruang simpan sudah full.
Melihat potensi ini, Pemerintah Aceh mengajak para investor agar mau membangun kembali cold storage di PPS Kutaraja. Pihaknya sudah menyiapkan mekanisme untuk mempermudah perizinan.
“Selain itu, guna mengantisipasi hal serupa dimasa mendatang, Pemerintah Aceh akan menerapkan Sistem Penangkapan Ikan Terukur. Saat ini kita sedang menyiapkan regulasinya dan melakukan sosialisasi pada nelayan,” pungkasnya. []