Banda Aceh – Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar bimbingan teknis (Bimtek) digital marketing bagi pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Hotel Hanifi Kota Banda Aceh, Senin (12/6/2023).
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh melalui Kepala Bidang Pengembangan Usaha Pariwisata dan Kelembagaan (PUPK), Ismail menyebutkan, ekraf saat ini menjadi konsen bagi Pemerintah Aceh khususnya Disbudpar dikarenakan dapat meningkatnya kunjungan wisatawan yang datang ke Aceh.
Semua itu sambungnya, akan memberikan dampak ekonomi pada seluruh lini kehidupan masyarakat khususnya di Aceh seperti, tarian, kuliner, kriya, destinasi wisata halal dan lain sebagainya dan menjadi poin penting bagi produk tersebut bisa berkembang di era 4.0 yang serba digital.
“Melalui bimbingan teknis ini upaya pendukungan atau pemberian penambahan ilmu bagi pelaku ekonomi kreatif yang ada di Aceh,” sebutnya.
Menurutnya, Aceh layak dianggap sebagai destinasi halal dikarenakan Aceh kaya akan regulasi yang mengatur pokok-pokok hukum seperti qanun yang mengatur syariat Islam.
Hal tersebut merupakan dukungan implementasi wisata halal di Aceh. Wisata halal adalah peningkatan pelayanan tambahan bagi wisatawan muslim dan bisa dinimati juga oleh wisatawan non muslim.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Pokja III Kemenparekraf/Barekraf Toar Mangaribi menyampaikan, ekonomi kreatif menjadi ide dan gagasan sehingga perlu kolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat, serta ekomoni kreatif ini sifatnya sangat dinamis karena harus selalu di update apa yang menjadi tren sekarang.
“Apalagi peserta yang berhadir pada hari ini. saya rasa sudah paham bagaimana berjualan di e-commerce, Shopee dan tentunya dengan pelatihan yang akan berlangsung nanti akan diajarkan lebih detail bagaimana praktis menjual, membranding dan lain sebaginya,” ungkap Toar.
Menurutnya, dengan memanfaatkan teknologi kita bisa membuat film, vlog yang tentunya bisa membranding pariwisata di suatu daerah. Ataupun melalui foto dengan story telling itu lebih mudah bisa menggunakan baju Aceh yang khas dengan kedaerahan.
“Hal yang seperti itu butuh ekonomi kreatif yang terdiri dari 17 subsektor nah ini banyak banget, salah satunya adalah digitalisasi kita mau hijrah dari model kertas menuju digital dan bisa bersaing dengan perkembangan zaman,” tutup Toar. []