Banda Aceh – Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) berharap Bank Aceh Syariah (BAS) untuk terus berinovasi dan memberi pelayanan terbaik kepada nasabah.
Hal tersebut disampaikan Ketua Hiswana Migas Wilayah Aceh, Nahrawi Noerdin, Senin (15/4/2024), menyikapi pergantian Direktur Bank Aceh Syariah beberapa waktu lalu.
Menurut Nahrawi, perombakan secara mendadak pimpinan Bank Aceh Syariah oleh Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Bustami Hamzah adalah sebuah koreksi yang dilakukan untuk menata ulang sejumlah langkah strategis yang dilakukan bank itu sebelumnya.
“Terlepas apa penyebab perombakan secara mendadak itu diambil oleh Pj Gubernur, kita menaruh harapan atas keputusan itu. Salah satunya adalah dari kalangan dunia usaha yang terhimpun dalam wadah Hiswana Migas,” kata Nahrawi.
Nahrawi Noerdin berharap perombakan manajemen Bank Aceh tersebut, mampu memberikan perubahan bagi dunia usaha, dan pihaknya sangat mengapresiasi.
Apalagi, kata dia, saat ini kondisi layanan perbankan di Aceh sedang menjadi sorotan. Nahrawi menilai, kalangan dunia usaha dan masyarakat semua tahu bahwa saat ini terjadi penurunan standar pelayanan yang diberikan perbankan kepada nasabah.
“Nah, mestinya ini dijadikan momentum kebangkitan bagi Bank Aceh untuk menjadi penguasa perbankan di sini, dengan melakukan sejumlah terobosan untuk mengisi kekosongan pelayanan yang ditinggalkan bank konvensional sebelumnya.”
“Sayangnya hal itu belum terjadi sebelumnya seperti yang diharapkan, lamban sekali dan sepertinya memang sudah berada di zona mapan, sehingga begitu sulit berubah. Mungkin Pj Gubernur melihat problem itu, sehingga dilakukanlah langkah perombakan dimaksud,” papar Nahrawi.
Selain itu, Nahrawi juga meminta manajemen Bank Aceh, harus lebih membuka diri dalam hal pelayanan, terus berinovasi, dan jangan terlalu cepat berpuas diri.
“Etos kerjanya harus lebih ditingkatkan, terus berinovasi, dan jangan cepat berpuas diri,” ujar pria yang akrab disapa Toke Awi itu.
Apalagi, kata Toke Awi, Bank Aceh Syariah dalam waktu dekat akan dijadikan bank rujukan untuk penebusan produk-produk Pertamina. Hiswana Migas sendiri sudah memperjuangkan agar bank milik Pemerintah Aceh ini bisa masuk di sistem Pertamina sejak bank konvensional dipaksa hengkang dari Tanah Rencong.
“Tapi saat itu kami merasa bahwa respons Bank Aceh sangat slowly, seperti gak butuh,” ungkap Toke Awi.
Di sisi lain, Toke Awi bersyukur karena badan usaha milik negara itu menanggapi dengan positif keinginan Hiswana Migas dan dalam waktu dekat akan menjadikan Bank Aceh sebagai mitra untuk penebusan berbagai produk Pertamina yang dibutuhkan masyarakat daerah ujung barat Sumatra itu.
“Maka kita menaruh harapan tinggi di bahu pimpinan Manajemen Bank Aceh yang baru nantinya, untuk dapat meningkatkan kinerja, terutama peningkatan pelayanan bagi nasabah di Aceh dan Indonesia,” tutup Nahrawi. []