Warga berusaha memadamkan api yang membakar lahan gambut dengan alat seadanya di Desa Napai, Kecamatan Woyla Barat, Aceh Barat, Aceh, Senin (8/7/2019). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc) |
Banda Aceh – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga di Provinsi Aceh untuk mewaspadai potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tengah musim kemarau basah.
“Cuaca kita memang ada hujan ringan, tapi potensi karhutla masih sangat tinggi, apalagi dengan kemunculan titik panas,” kata Koordinator Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Zakaria Ahmad di Banda Aceh, Rabu (13/7/2022).
Memang, dijelaskan Zakaria, saat ini Aceh masih dalam situasi musim kemarau basah. Kondisi ini diperkirakan akan bertahan hingga September 2022.
Biasanya, lanjut dia, curah hujan masih tetap berpotensi terjadi, namun kondisi cuaca lebih dominan pada suhu panas serta kemunculan titik panas sehingga mengakibatkan karhutla dan kebakaran pemukiman.
Apalagi, masyarakat Aceh masih banyak yang memilih langkah praktis dalam membuka lahan yakni dengan cara membakar.
“Masyarakat kita masih belum begitu sadar terhadap bahaya kebakaran hutan, karena masyarakat kita membuka lahan sering membakar sebagai jalan keluar yang lebih praktis,” kata Zakaria.
Daerah-daerah yang perlu diwaspadai karhutla seperti Aceh Barat, Aceh Tengah, Gayo Lues, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Tenggara, Nagan Raya, Aceh Jaya dan Aceh Besar.
“Di musim kemarau basah ini, selain waspada karhutla, masyarakat juga perlu waspada kebakaran pemukiman, baik perumahan maupun yang lain,” katanya.
Hal ini juga bisa diperparah dengan kondisi Aceh sedang musim angin barat, yaitu kecepatan angin yang sudah pada kategori tinggi, antara 20-60 kilometer per jam.
“Angin barat ini bertahan sampai akhir Agustus atau awal September,” kata Zakaria. []
Sumber: ANTARA