KhazanahNews

Desak Made Rita Kepincut Masakan Aceh

Banda Aceh – Atlet Olimpiade Paris 2024, Desak Made Rita Kusuma Dewi kepincut dengan masakan khas Aceh. Desak hadir ke Tanah Rencong mewakili daerahnya, Bali untuk bertanding di cabang olahraga panjat tebing di PON XXI Aceh-Sumut.

“Ini pertama kali saya makan masakan Aceh yang sangat enak. Terima kasih kepada Pak Haji,” kata Desak Rita saat ditemui di Three Brother Coffee, Banda Aceh, Jumat (13/9/2024) malam.

Desak Rita datang ke cafe yang berada di kompleks SPBU Trinanda Jaya Sinergi Kampung Mulia itu atas undangan Ketua Hiswana Migas Aceh, Nahrawi Noerdin.

Toke Awi, sapaan akrab Nahrawi Noerdin, mengundang Desak karena terinspirasi dengan pernyataannya tentang Aceh di pemberitaan media.

Baca: Cerita Desak Rita, Jebolan Olimpiade Paris Merasakan Kedamaian di Aceh

Dalam jamuan makan malam tersebut, Desak Rita mencoba beberapa menu masakan khas Aceh, seperti keumamah, peyek udang, sop ikan dan aneka menu lainnya.

“Yang paling enak itu yang saya suka sop ikan, ikan teri sama peyek udang. Keumamah itu juga enak,” ujar peraih medali perak panjat tebing di PON XXI Aceh-Sumut 2024 itu.

Desak Rita juga mencoba kopi gula aren dan rasanya sangat enak. “Saya cicipin ini kopi gula aren, engga sakit tenggorokan. Karena saya sering minum kopi kalau terlalu manis cepet sakit tenggorokan dan ini engga, enaklah,” katanya.

Desak Rita sengaja tidak mencicipi masakan khas Aceh begitu tiba di Tanoh Seulanga sekitar sepekan yang lalu karena khawatir dapat mengganggu konsentrasinya saat bertanding.

“Kenapa saya nggak coba masakan Aceh pas saya baru datang? mungkin karena saya menjaga kondisi juga karena takut perut saya nggak cocok.”

“Karena ini saya sudah selesai kompetisi ya saya mau mencoba ini dan ya sangat enak sekali,” ujar Desak Rita.

Dalam kesempatan itu, Desak Rita juga memuji sikap warga Aceh dalam menyambut tamu. Selama di Aceh, Desak Rita merasakan betul bagaimana keramahan masyarakat ujung barat Sumatra itu.

“Masyarakat Aceh juga sangat antusias menonton kompetisi dan saling supporting pada atlet yang berkompetisi di sini,” tutur Desak Rita.

Gadis berusia 23 tahun itu juga merasa tak canggung berkompetisi di daerah yang manyoritasnya muslim dan menerapkan Syariat Islam.

“Senior saya dulu kompetisi juga di Aceh mempersiapkan diri itu makai hijab katanya pas lomba. Dari situ saya berpikir apakah kalau saya berkompetisi di Aceh harus pakai manset kah, pakai hijab. Tapi saya dengar-dengar katanya enggak, di sana (Aceh) sangat toleran. Saya di sini pun saya merasakan itu,” pungkasnya. []

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button