Banda Aceh – Delegasi Universiti Utara Malaysia (UUM) melakukan kunjungan ke Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Inkubator Usahawan Muda Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (FEB USK).
Kunjungan tersebut dalam rangka belajar kebudayaan Aceh di kampus yang berada di Kopelma Darussalam, Banda Aceh itu. Pertemuan dua kampus serumpun ini berlangsung di Aula FEB USK, Sabtu (2/3/2024).
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kewirausahaan USK, Prof Mustanir membuka secara resmi kolaborasi dua kampus tersebut, dalam acara bertajuk, Meusahoe Meusyedara: Menjejak Warisan Nusantara: Eksplorasi Kebudayaan Aceh.
“Ini menjadi kesempatan berharga bagi USK dan UUM untuk saling belajar, bertukar gagasan, dan merengkuh wawasan sebagai tabungan pengalaman. Utamanya mengenal lebih dalam kebudayaan Aceh juga Malaysia,” kata Prof Mustanir, Sabtu (2/3/2024).
Menurutnya, hubungan historis Aceh-Malaysia sangat erat yang termaktub dalam sejarah perjalan bangsa. Jejaknya masih melekat, seperti ada Kampong Aceh, Yan, Keudah, Malaysia. Pun ada Gampong (Desa) Keudah di Kota Banda Aceh.
“Bukan saja itu, dari aspek bisnis hubungan Indonesia-Malaysia juga saling mewarnai. Semisal mie instan produk Indonesia yang laris di sana, begitu pula industri animasi Malaysia lewat Upin Ipin yang digemari anak-anak Indonesia,” ungkapnya.
Setelah pembukaan, langsung dilanjutkan dengan agenda pertama yaitu talkshow dengan tema: Amplifying Campus Life Through Student Development Programs. Sekdiv UKM Inkubator USK, T Haniv Rayyana menyampaikan, bahwa kedatangan UUM merupakan kunjungan balasan, setelah sebelumnya pada November 2023 UKM Inkubator USK datang ke Malaysia.
“Selama di sini, delegasi UUM akan kita jamu dengan beberapa agenda, seperti city tour, pengabdian masyarakat dengan membersihkan pantai Alue Naga, perkenalan sistem belajar USK menggunakan sistem sit in class, juga visit desa wisata Lubok Sukon,” beber Haniv.
Ia menjelaskan, berdasarkan pengalaman di Aceh dan setelah berkunjung ke Malaysia, terdapat banyak sekali perbedaan budaya kedua bangsa, meskipun serumpun. Untuk itu, USK yang sedang giat menuju World Class University punya ikhtiar saling mewarnai dengan lintas kampus dari berbagai negara.
“Contoh sederhana, teman-teman dari UUM sangat tertarik dengan khas acara-acara di Aceh yang dibuka dengan tilawatil qur’an, dan ditutup dengan doa. Sedangkan di sana, mereka biasanya dibuka dengan pembacaan Surah Al-Fatihah saja,” ujarnya. []