Banda Aceh – Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK) memperingati dies natalis ke-41. Ada sejumlah kegiatan yang mengisi perayaan ini, salah satu yang paling penting adalah orasi ilmiah.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informasi (Wamenkominfo) RI, Nezar Patria, S.Fil, M.Sc, M.BA dipercayakan mengisi orasi ilmiah dalam sidang terbuka dies natalis ini, yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Kamis (26/10/2023).
“Dalam delapan tahun terakhir, paling tidak FK USK telah membuka 16 prodi baru. Bahkan beberapa di antaranya merupakan prodi yang pertama di Sumatera. Seperti Prodi Dokter Spesialis bedah plastik, mikrobiologi klinik, Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer (KKLP), dan Insyaallah urologi dalam waktu dekat,” sebut Prof Marwan.
Menurutnya, lulusan FK USK telah memberikan kontribusi penting dalam mendukung ketersediaan kebutuhan dokter khususnya di provinsi Aceh. Mengingat saat ini jumlah dokter yang tersedia di Aceh berjumlah 4.354 orang, yang kemudian bertugas untuk melayani 5,3 juta penduduk Negeri Serambi Mekah.
Sementara di provinsi Aceh hanya ada tiga fakultas kedokteran yaitu dari USK, Unimal dan Abulyatama. Ketiga kampus ini hanya mampu memproduksi 250-300 dokter setiap tahunnya.
“Terkait jumlah lulusan, FK USK setiap tahunnya rata-rata menghasilkan 150 dokter umum dan hampir 50 dokter Spesialis. Maka kehadiran FK USK memiliki peran yang sangat berarti dalam mendukung ketersediaan jumlah dokter khususnya di Aceh tersebut,” ujar Rektor.
Wamenkominfo, Nezar Patria mengutarakan kekagumannya terhadap tumbuh kembang FK USK, yang saat ini menjadi salah satu FK terbaik yang ada di Indonesia. Sebagai putra Aceh, ia mengulang kenang terhadap USK.
“Tahun 80-an di Gampong Keuramat, Banda Aceh, ada kos mahasiswa FK yang semuanya berasal dari Malaysia. Ketika sekarang banyak orang Indonesia berobat ke Penang, mungkin salah satu dokternya ada lulusan USK. Kedepan, mestinya ada arus balik berobat dari Penang ke Aceh, dan dokternya lulusan USK,” kata Wamenkominfo.
Secara spesifik, Nezar berbicara dengan tema: Peran AI di Dunia Kesehatan. Ia mengatakan, implementasi AI di sektor kesehatan kian meningkat. Peneliti Oxford mengembangkan teknologi AI Virtual Native Enhancement (VNE) yang dapat meningkatkan gambar MRI tanpa kontras, untuk mendeteksi luka otot jantung tanpa suntikan. Teknologi ini bisa menghemat biaya dan meningkatkan akses pemindaian MRI di layanan kesehatan.
SDM Indonesia juga mumpuni dalam pengembangan AI di kesehatan. Wamenkominfo mengatakan, salah satu project yang dikembangkan mahasiswa ITB sedang diujicoba di Stuttgart, Jerman.
“Mereka merekam big data dari rekam jejak pasien dengan baik, tentu atas persetujuan pasien. Rekam medis tersebut dimasukkan, termasuk jenis penyakit, berikutnya ditambahkan jurnal lama dan terbaru, yang sangat membantu dokter dalam mendiagnosis pasien. Semuanya hanya dalam satu layar komputer,” ujar Nezar.
Dengan segala kecanggihan yang AI hadirkan, katanya, ada pula sejumlah tantangan di sektor kesehatan. Ia menyebutkan, seperti adanya potensi pelanggaran data pribadi pasien karena ketidaksiapan infrastruktur dan tata kelola medis. Adopsi AI memerlukan biaya tinggi. Potensi miskonsepsi, karena AI dianggap lebih kredibel. Terakhir, perlunya regulasi untuk mitigasi risiko akan AI.
Sementara itu, Dekan FK USK, Prof. Dr. Maimun Syukri Sp.PD (K) mengutarakan bahwa lulusan FK USK diproyeksikan memiliki semangat sebagai peneliti, berjiwa enterpreneur, serta punya melek manajemen kebencanaan. Sesuatu yang selaras dengan visi misi USK.
“Sejumlah SDM FK USK saat ini telah berkiprah di nasional, dengan menjadi auditor, validator, asesor, dan evaluator untuk sejumlah prodi yang dibuka Kemendikbud Ristek, hingga menjadi pemateri di forum ilmiah nasional dan internasional,” ungkap Prof Maimun.