News

Tanpa Bukti, Ukraina Tuding Rusia Berencana Serang PLTN Zaporizhzhia

Kiev – Intelijen militer Ukraina mengklaim Rusia sedang merencanakan serangan provokasi skala besar di pembangkit listrik nuklir yang didudukinya dengan tujuan mengganggu serangan balasan Ukraina.

Namun, intelijen Ukraina tidak memberikan bukti untuk mendukung klaimnya tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Direktorat intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina mengklaim bahwa pasukan Rusia akan menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, Zaporizhzhia.

Rusia kemudian melaporkan kebocoran radioaktif untuk memicu penyelidikan internasional yang akan menghentikan permusuhan dan memberikan Moskow memaksakan jeda yang mereka butuhkan untuk berkumpul kembali menjelang serangan balasan.

“Untuk mewujudkannya, Rusia mengganggu rotasi personel misi pemantauan permanen Badan Energi Atom Internasional PBB yang dijadwalkan pada Sabtu,” bunyi pernyataan itu seperti dilansir dari Associated Press, Minggu (28/5/2023).

Pernyataan itu tidak menawarkan bukti untuk mendukung klaimnya. IAEA, dalam tanggapan email ke AP, mengatakan bahwa mereka tidak memiliki komentar langsung atas tuduhan tersebut, dan pejabat Rusia tidak segera mengomentari klaim Ukraina tersebut.

Gedung Putih mengatakan sedang mengawasi situasi dengan cermat dan tidak melihat adanya indikasi bahwa bahan radioaktif telah bocor. Klaim tersebut mencerminkan pernyataan serupa yang sering dibuat Moskow, menuduh tanpa bukti bahwa Kiev merencanakan provokasi yang melibatkan berbagai senjata atau zat berbahaya untuk kemudian menuduh Rusia melakukan kejahatan perang.

Itu terjadi ketika militer Moskow di Ukraina bersiap untuk menghadapi serangan balasan pasukan Kiev, yang belum dimulai tetapi dapat dimulai besok, lusa atau dalam seminggu, seperti dikatakan sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov, kepada BBC dalam sebuah wawancara hari Sabtu.
Pembangkit listrik Zaporizhzhia adalah salah satu dari 10 pembangkit nuklir terbesar di dunia. Itu terletak di wilayah Zaporizhzhia yang sebagian diduduki di tenggara Ukraina.

Keenam reaktor pabrik telah dimatikan selama berbulan-bulan, tetapi masih membutuhkan tenaga dan staf yang memenuhi syarat untuk mengoperasikan sistem pendingin penting dan fitur keselamatan lainnya.

Pertempuran di dekatnya berulang kali mengganggu pasokan listrik dan memicu kekhawatiran akan potensi bencana seperti yang terjadi di Chernobyl, Ukraina utara, di mana sebuah reaktor meledak pada tahun 1986 dan memuntahkan radiasi mematikan, mencemari area yang luas dalam bencana nuklir terburuk di dunia. []

Sumber: Sindonews.com

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button