Kucing-kucing milik Natalina. Photo by Sudutberita.id |
KUCING-KUCING dengan berbagai jenis itu berlarian menyusuri setiap sudut di ruangan berukuran sekitar 4 x 15 meter tersebut. Paling ujung sudut, terdapat sebuah taman mini berukuran 3 x 3 meter, lengkap dengan aneka macam fasilitas permainan.
Dinding taman dilukis dengan background berbagai jenis tamanan, seperti guguhan pemohonan, hamparan rumput, aneka bunga, rawa-rawa dan pagar yang terbuat dari potongan-potongan bambu.
Sebuah roda besar terpasang di dekat dinding, kucing-kucing itu secara bergantian naik ke atasnya. Lalu, berjalan di atas roda tersebut. Kucing semakin cepat berjalan, roda semakin melaju, memaksakan si kucing terus berlari.
Itulah sekilas gambaran suasana saban hari di rumah milik Natalina Cristanto di kawasan Lamdingin, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Aceh. Perempuan berusia 40 tahun asal Bandung itu sejak 2012 menetap di Kota Banda Aceh.
“Awalnya memang saya dari kecil suka sama hewan peliharaan, cuma terkendala waktu itu kita masih sekolah dan kesibukan kuliah juga, jadi akhirnya gak bisa fokus,” ujar Natalina saat saya ditemui akhir Oktober 2020 lalu.
Sebelumnya, Natalina menetap di kawasan Lamteuba, Kabupaten Aceh Besar sejak 2005 hingga 2012. Gempa dan tsunami 2004 menjadi alasan Natalina pindah ke Aceh. Pasca musibah mahadahsyat ini, Kementerian Kesehatan RI membuka lowongan kepada calon tenaga medis untuk mengabdi di Aceh.
Saat itu, Natalina menjadi salah satunya. Sehingga, ia ditempatkan di kawasan Lamteuba, Kabupaten Aceh Besar. Daerah ini menjadi salah satu kawasan yang selamat dari sapuan tsunami, sehingga korban-korban dievakuasi ke sana.
“Saya ke sini sebagai relawan Tsunami, terus Kemenkes RI buka lowongan banyak untuk dokter, saya mendaftar, lewat dan penempatan di Lamteuba,” ujar Natalina.
Seiiring berjalannya waktu, Natalina akhirnya menikah dengan pria asli Aceh. Pada 2012, ia pindah ke Kota Banda Aceh. Di sini, Natalina bekerja di salah satu rumah sakit alas Malaysia cabang Provinsi Aceh.
“Di Lamteuba juga waktu itu karena pekerjaan jadi nggak bisa fokus juga (pelihara kucing). Sekarang pekerjaan sudah lebih ringan dan bisa mengatur waktu, jadi mulai lagi memelihara dari tahun 2012 sampai sekarang,” ujarnya.
Selamatkan Kucing di Jalan
Hobi Natalina memelihara kucing bukan hanya sekedar hobi, di beberapa kesempatan ia juga kerap sekali menyelamatkan kucing yang terlantar dan sakit di jalan. Kucing-kucing tersebut kemudian diambil dan divaksin, baru kemudian dirawat layaknya kucing-kucing lainnya.
“Misalnya di jalanan atau dari tempat-tempat buang sampah gitu, tapi khusus yang saya ambil yang kecil-kecil aja yang besar-besar nggak saya ambil. Selain kucing jalanan, ada yang memang saya adopsi untuk yang ras-ras tertentu dan ada juga yang ngawinin sama punya kawan nanti bagi anak,” ungkapnya.
Saat ini, ada 61 ekor kucing yang dipelihara Natalina. Kucing-kucing ini diberi tempat khusus, tepatnya di belakang rumah, lengkap dengan aneka taman bermain.
Adapun jenis-jenis kucing yang dipelihara di antaranya Bengal, Ocicat, Abbysinian, American Curl, Exotic, Persia, Sphynx, Munchkin, Kinkalow, dan Mainecoon. Selain itu, ia juga memeliha kucing kampung, seperti domestic long hair dan short hair.
“Kucing-kucing yang kita selamatkan dari jalan biasanya kucing kampung,” ujar Natalina.
Diberi Nama
Selain memiliki beragam jenis, Natalina juga memberikan nama terhadap 61 kucing tersebut. Adapun nama-nama kucing itu di antaranya Sierra Nevada, Raflesia, Ali Baba, Tanzania, Alphard dan Mercedes.
“Kebetulan anak dan saudara dia saya kasih nama seperti nama mobil semua, seperti Alphard, Mercedes, kek gitu, jadi pakai tema-temanya. Kalau anak bengal pakek tema pegunungan, Fuji Yama, Everest, Sierra Nevada,” ujarnya.
Nama-nama tersebut, kata Natalina, ditabalkan sesuai dengan karakter kucing. Apabila kucing tersebut terlihat gagah misalnya, maka namanya sedikit ekstrem, seperti nama-nama pegunungan di berbagai belahan dunia.
“Alasan saya pakai nama tersebut karena saya ada anak, biar belajar geografi, misalnya nama-nama pegunungan, jadi dia tau Fuji Yama, nama-nama pegunangan,” katanya.
“Misalnya Bengal, dia kan terkesan gagah, jadi saya cari nama yang gagah, seperti pegunungan, seperti liar. Sedangkan yang lucu-lucu, saya kasih namanya powerpuff girls,” jelas Natalina.
Menang di Berbagai Kontes
Natalina menambahkan, kucing-kucing tersebut juga kerap sekali diikutkan dalam berbagai kontes nasional maupun internasional. Dari kontes yang diikuti sejak 2017, kucing-kucing Natalina telah memperoleh ratusan penghargaan.
“Sekarang ini kan masa pandemi, shownya ditiadakan secara langsung. Tapi, ada yang virtual jadi kalau yang virtual kemarin kami ikut kebetulan yang tingkat nasional, malah yang terakhir yang tingkat internasional karena pesertanya dari Indonesia, Malaysia, Filiphina ya Alhamdulillah menang,” ujarnya.
Secara virtual, kata Natalina, kontes kucing dilakukan melalui aplikasi zoom. Peserta kontes akan mempresentasi kucing-kucing peliharaannya di depan dewan juri.
“Misalnya jenis American Curl, dia itu apa telinga dia yang melipat, kemudian profil mukanya. Jadi nanti di dalam zoomnya itu harus nunjukin. Satu lagi dia harus dimandikan, jadi nanti diminta dikibas bulunya kan kelihatan juga,” katanya.
Sedangkan sebelum pandemi Covid-19, kontes kucing diikuti secara langsung. Para peserta kontes hanya mengantarkan kucingnya ke meja dewan juri. Di sana, dewan juri yang memeriksa dan memberi nilai.
“Juri akan melihat telinganya, kehalusan bulunya, nanti juga diajak main kelincahannya juga terus kesehatan dan kebersihan telinga sama mulut,” ungkap dia.
Komedi dan Tragedi Saat Memelihara Kucing
Bagi Natalina, memelihara kucing adalah hal yang mudah. Biasanya, ia memandikan kucing tersebut dua minggu sekali, khususnya kucing yang berbulu panjang.
Sedangkan kucing yang berbulu pendek dimandikan 1 atau 2 bulan sekali. Hal ini di samping perawatan rutin yang dilakukan setiap hari, seperti menyisir bulu.
“Kalau kita lagi senggang ini menjadi liburan sendiri,” katanya.
Meski memiliki 61 ekor kucing, Natalina masih tetap bisa bekerja, mengurusi rumah, suami, memasak, dan lain sebagainya. Karena itu, mengurusi kucing ini tidak mengganggu waktu kerjanya.
“Mereka tidak repotin, nggak terlalu gimana gitu. Saya kalau pun dari mana-mana capek, berbaring di sini, nanti ada yang datang semua, ada yang pijat-pijat, ada yang cium-cium, itu udah hilang sendiri lelahnya,” lanjut Natalina.
Menurut Natalina, kucing-kucing tersebut semuanya lucu-lucu dan dapat menghibur. Tingkah-tingkah mereka pun cukup unik-unik, dan berubah setiap saat.
“Setiap hari tingkah mereka itu ada-ada aja, selalu berubah-rubah. Kalau yang lucunya paling pas mandi ada yang nyanyi saat dimandikan, ada yang diam berendam, juga ada yang guling-guling dan lompat-lompat,” ujarnya.
Di balik semua itu, kata Natalina, kucing-kucing tersebut juga ada yang membuat ia bersedih. Saat terkena virus misalnya, kucing tersebut akan sakit bahkan mati.
Menurutnya, virus tersebut umumnya dibawa oleh kucing dari luar dan menyebabkan kontak langsung dengan kucing-kucing pemeliharaan tersebut.
“Kalau di sini sebagian besar sudah divaksin, kecuali yang kecil-kecil. Karena kan rentan di sini, terutama kalau masih terkontak dengan kucing-kucing dari luar. Karena kucing dari luar kadang-kadang suka bawa virus,” katanya.
Pada 2018 silam misalnya, sebut Natalina, ada sekitar 17 ekor kucing yang mati karena terpapar virus. Seperti virus panleukopenia, calici virus, chalmydia, dan Feline infectious peritonitis (FIP)
“Virus yang paling bahaya adalah seperti Feline infectious peritonitis (FIP). Ini penularannya sangat cepat juga,” kata Natalina. []