Banda Aceh – Universitas Syiah Kuala (USK) dan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menggelar kegiatan untuk memperingati dua dekade gempa dan tsunami Aceh. Kegiatan ini dibuka oleh Plt ANRI, Imam Gunarto di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Rabu (11/12/2024).
Kegiatan ini mengangkat tema “Merawat Ingatan, Membangun Ketangguhan”. Ada rangkaian kegiatan peringatan ini diantaranya adalah Launching Project MemoryGraph, Seminar Internasional, Pemutaran Film, Pameran Arsip Tsunami, Penganugerahan Peduli Arsip dan lainnya.
Rektor USK Prof Marwan mengatakan, momentum peringatan 20 tahun gempa dan tsunami ini merupakan kesempatan bagi semua untuk merenungkan perannya dalam menjaga memori kolektif bangsa. Arsip-arsip tsunami, seperti yang disimpan dan dikelola oleh Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST), adalah bagian penting dari warisan.
“Arsip ini tidak hanya merekam tragedi yang terjadi tetapi juga mencerminkan semangat perjuangan, ketangguhan, dan solidaritas masyarakat Aceh,” ucap Rektor.
Untuk itulah, Rektor menyambut baik atas terjalinnya MoU antara USK dan ANRI dalam kegiatan ini. Kesepakatan ini merupakan bentuk komitmen USK untuk merawat dan mendokumentasikan ingatan kolektif tentang peristiwa tsunami. Dengan tujuan untuk memastikan generasi mendatang dapat belajar dari pengalaman masa lalu.
“Arsip yang terkelola dengan baik menjadi sumber pengetahuan yang tak ternilai, yang dapat digunakan untuk pendidikan, penelitian, dan pengembangan strategi mitigasi bencana,” ucap Rektor.
Plh Asisten I Sekda Aceh, Syakir mengatakan, Pemerintah Aceh menyambut baik terlaksananya kegiatan ini. Sebab kegiatan ini turut mendukung Pemerintah Aceh dalam membangun masyarakat yang lebih tangguh dan siap menghadapi bencana di masa mendatang.
Dirinya menilai, peringatan gempa dan tsunami ini memiliki makna yang mendalam bagi kita semua. Kegiatan ini bukan hanya sekedar mengenang, tapi menjadi dasar yang kuat untuk pembelajaran dan refleksi.
“Gempa dan tsunami Aceh menyadarkan kita bahwa bencana tidak mengenal batas. Tapi kita belajar tentang pentingnya solidaritas, toleransi dan kemanusiaan untuk membangun masyarakat,” ucapnya.
Selanjutnya, Imam Gunarto menilai bencana 20 tahun lalu melekat betul dalam ingatan kita semua. Tidak hanya bagi masyarakat Aceh tapi komunitas global turut merasakannya.
Bencana ini menyentuh seluruh hati manusia, sehingga kala itu tidak ada kebencian. Perasaan yang ada hanyalah kesedihan, kebersamaan dan rasa kemanusiaan.
Selain itu, dirinya menilai penting bagi kita untuk terus merawat ingatan terhadap bencana ini. Sebab merawat ingatan adalah upaya kita untuk memelihara apa yang telah kita punya.
“Oleh karena itu, adanya arsip itu untuk menjaga dan merawat ingatan kita agar lebih tahan lama dan mantap. Tidak adanya arsip maka tidak yang kita ingat lagi,” ucapnya. []