Banda Aceh – Masyarakat di dataran tinggi Gayo punya kudapan khas yang disajikan saat momen-momen penting. Mereka menyebutnya lepat. Sekilas, penganan ini mirip timpan yang populer di Aceh.
Lepat ikut dipamerkan di lapak kuliner anjungan Aceh Tengah dalam Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh. Makanan berbungkus daun itu banyak dilirik pengunjung yang penasaran dengan jajanan khas Gayo.
Penganan lepat terbuat dari campuran tepung beras ketan putih, gula aren, gula pasir, garam, kelapa dan beberapa bahan lainnya.
Untuk membuatnya, tepung beras mulanya diaduk rata. Namun, pastikan adonan tepung tidak terlalu lembek. Kemudian, tambahkan gula pasir secukupnya.
Proses selanjutnya mencampurkan gula aren yang telah dihaluskan dan menaburkan adonan menggunakan kelapa yang sudah diparut. Sisakan sedikit kelapa parut yang nantinya juga dipakai sebagai isian lepat.
Setelah bahan siap, adonan ditaruh di atas daun pisang muda yang telah dipotong sesuai kebutuhan. Jangan lupa oleskan minyak makan di daun agar adonan tidak lengket.
Proses terakhir mengukusnya selama 45 menit. Setelah itu diangkat dan lepat siap untuk disantap.
“Biasanya lepat ini disajikan saat meugang puasa, meugang lebaran, acara pernikahan atau momen-momen lainnya,” kata penjaga stand kuliner Aceh Tengah, Saiful Hamid, Selasa 7 November 2023.
Bila dilihat sekilas, lepat sangat mirip dengan timpan, penganan khas Aceh yang juga kerap disajikan saat lebaran. Namun, kuliner lepat memiliki ukuran lebih besar dan bahan yang digunakan juga sedikit berbeda.
“Rasanya juga berbeda,” jelas Saiful.
Lepat tahan selama sebulan usai dibuat. Sementara timpan hanya tahan beberapa hari. Pada zaman dulu, masyarakat Gayo menggantung lepat di atas dapur tempat memasak.
Saat hendak memakannya, lepat yang telah disimpan lama kembali dipanaskan atau dibakar. Rasanya menjadi lebih nikmat dan renyah.
Seiring perkembangan zaman, lepat mulai dijual di pasar-pasar tradisional atau pusat kuliner di Gayo. Penganan itu pun saat ini menjadi cemilan saat menikmati kopi di Tanah Gayo.
“Sekarang pagi-pagi di warung kopi sudah ada yang jual lepat,” ujar Saiful. []