Aceh Barat – Pribadinya bersahaja dan jauh dari kata mewah. Adalah Tabsyir Masykar, pakar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di STAIN Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.
Tabsyir adalah guree aleh ba (guru alif ba) di Alue Peunyareng, Ujong Tanoh Darat, Kabupaten Aceh Barat. Bersama keluarganya, Alumni Al Azhar dan Universitas Omdurman Sudan ini mendirikan sebuah balai pengajian “Jambo Raudhatul Qur an” bagi anak-anak di desanya.
Ia bertekad memberantas buta huruf Al-Qur’an di kampung halamannya. Di atas Balee itu kini ada puluhan anak anak belajar Al-Qur’an dari mulai Aleh Ba, tajwid dan ilmu agama dasar lainnya. Pengabdiannya di pedalaman memberikan dampak yang lebih besar dan bermakna.
Setiap hari, Tabsyir membagi ilmu dan waktu dengan mereka. Ia menggambarkan potret inspiratif tentang kegigihan dan pengorbanan kepada generasi mendatang. Meskipun hidup sederhana, rasa syukur dan kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah anak-anak itu, yang kini merasa terhubung dengan ajaran agama, mauidhah dan hikmah yang lebih dalam.
Selain itu Tabsyir juga aktif menyampaikan dakwah dari mimbar ke mimbar dan pengajian sejak tahun 2015. Namun balai pengajian itu tak pernah ia tinggalkan meskipun di tengah kesibukannya, bahkan ia telah mengurangi jadwal di luar agar bisa lebih fokus mengajar di Balee itu.
“Sebagai seorang muslim tentu apapun yang kita lakukan termasuk mendirikan balai pengajian hanya mengharap keridhaan Allah. Melihat kondisi sekitar tempat tinggal saya banyak sekali anak anak belum bisa membaca Alquran, bukan hanya anak-anak saja bahkan orang tuanya pun sebahagian belum bisa baca Alquran.Jadi saya termotivasi untuk membuka balai pengajian untuk anak anak dan orang tuanya,” ujarnya, belum lama ini.
Pria kelahiran Banda Aceh, 13 Maret 1987 ini juga seorang dosen di STAIN Meulaboh, Aceh Barat. Ia mengajar mata kuliah Ilmu Alquran dan Tafsir.
Sebagai dosen, Tabsyir aktif dalam penelitian. Beberapa penelitian yang telah dilakukannya yakni, Dinamika Penerapan Syariat Islam di Kabupaten Simeulue (Studi Kasus terhadap Pariwisata Simeulue) pada tahun 2021, dan Budaya Living Alquran di Dayah/ Pesantren Tradisional dan Modern (studi Kasus Dayah dan Pesantren Barat/Selatan Aceh).
Dia juga merupakan Dosen Penulis Terindeks Scopus di Lingkungan STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh. Di kampus, Tabsyir juga aktif menelurkan karya-karya. Beberapa karya Tabsyir di antaranya, Paradoks of Protective Behaviors Among Muslim Men During The Early Stage of Covid-19 Pandemic in Aceh, Indonesia tahun 2021, Implikasi Penerapan Syariat Islam pada Sektor Pariwisata di Kabupaten Simeulue, Perspektif Imam Al Qurtubi dalam Penafsiran Surat Al Maidah ayat 89 tentang Kifarat, Materi Dakwah dalam Tafsir Surat Dhuha, dan Pesan Dakwah dalam Surat al Lail.
Kesibukannya sebagai seorang pengajar di kampus ternama tak menyurutkan langkahnya untuk mengabdi pada masyarakat. Kini, Alumni Ruhul Islam Anak Bangsa ini sedang mengikuti seleksi tahap akhir (wawancara) Progam Beasiswa S3 BIB Kemenag 2023 ke Universitas King Abdul Aziz Saudi dan pilihan kedua Yordania .
“Sebagai seorang dosen, saya menyadari pentingnya membagi waktu antara pengajaran, penelitian dan pengabdian. Oleh karena itu setelah saya memastikan tugas utama saya sebagai seorang pegawai negeri selesai, di sela-sela waktu saya yang kosong saya menggunakan waktu saya sebagai pegabdian masyarakat karena itu termasuk salah satu tridharma perguruan tinggi,” katanya.
Pria Lulusan Ponpes Ruhul Islam Anak Bangsa (Riab) Aceh Besar ini, dikenal baik dan ramah oleh sahabatnya, sejak sekolah ia senantiasa mendapatkan juara, kini ia menjadi “pelita” di sebuah desa yang jauh dari keramaian. Sosoknya telah menggambarkan potret inspiratif tentang kegigihan dan pengorbanan dalam menebarkan kebaikan dan cahaya ilmu. []