Banda Aceh – Lima Mahasiswa Program Studi Keperawatan dari Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala (FKep-USK) berhasil mengharumkan nama Aceh di tingkat internasional, dengan meraih medali perak pada kompetisi Indonesia International of Things Olympiad 2023 dalam kategori IOT Healthcare.
Lima mahasiswa tersebut tergabung dalam satu tim yang beranggotakan Wardatul Ullya, Rina Pertiwi, Barlian, Ecy Oktviana Monicha dan Ica Salwana di bawah bimbingan dosen FKep-USK yaitu Hilman Syarif, Putri Mayasari, dan Nurul Hadi.
Olimpiade tingkat internasional ini terbagi dalam 75 tim yang mengikuti secara daring dan 25 peserta lainnya hadir secara offline yang berasal dari 13 negara, yaitu Iran, Azerbaijan, Malaysia, Afrika Selatan, Turkey, Indonesia, Vietnam, Bangladesh, Meksiko, Uni Emirat Arab, Thailand, Timor Leste, dan Filipina. I30T Olympiad 2023 berlangsung sejak tanggal 13 Jun hingga 17 Juni 2023.
“Keberhasilan Fkep-USK meraih medali perak di kompetisi ini, tidak terlepas dari kolaborasi konsep keilmuan keperawatan yang dipadukan dengan inovasi IPTEK masa kini dengan menciptakan sebuah karya berbasis Web App yang diberi nama METE (Mobile Emergency Triage),” jelas Wardatul, Minggu (25/6/2023).
METE (Mobile Emergency Triage) merupakan Web App yang dirancang untuk memudahkan seluruh masyarakat mendata dan menginformasikan terkait korban yang terkena bencana, yang membutuhkan pertolongan medis segera.
Web app ini menerapkan sistem triage dengan metode START (simple triage and rapid treatment). Metode START membagi kategori korban menjadi empat kelompok dengan label warna yang berbeda untuk mengidentifikasi status korban, yaitu merah sebagai prioritas pertama, kuning sebagai prioritas kedua, hijau sebagai prioritas ketiga, dan hitam yang menandakan korban meninggal dunia.
Pada halaman pertama website ini, pengguna akan diarahkan untuk login menggunakan gmail dan mengunduh buku panduan yang tertera pada halaman website. Selanjutnya pengguna atau penolong akan diminta untuk mengisi identitas korban jika masih dapat diidentifikasikan, seperti nama, umur, dan jenis kelamin. Namun jika korban tidak dapat diidentifikasikan, maka penolong diminta untuk meng-upload foto korban bencana.
Selain itu, penolong juga diminta untuk mengisi nomor telepon yang dapat dihubungi serta lokasi kejadian. Setelah selesai mengidentifikasi, langkah selanjutnya, penolong akan melakukan Triase mandiri sesuai arahan dan panduan pada halaman website atau buku panduan yang sudah didownload sebelumnya, seperti menilai apakah korban mampu berjalan, bernafas, menilai CRT (Capillary Refill Time), dan menilai kesadaran korban. Setelahnya, website akan otomatis menentukan label atau warna triase korban.
Data yang sudah diisi oleh korban akan secara otomatis tersimpan dan dapat diakses oleh admin tim penyelamat, maupun rumah sakit yang telah terdaftar sebagai admin. Selanjutnya tim penyelamat yang telah menerima data tersebut akan segera mendatangi lokasi korban.
“Dengan adanya Web app ini, diharapkan mampu mempercepat penyaluran informasi kegawatdaruratan bencana, yang membutuhkan bantuan medis karena dapat terhubung ke seluruh rumah sakit terdekat. Sehingga waktu untuk melakukan penanganan kepada korban, lebih cepat dan diharapkan banyak korban yang bisa diselamatkan,” ungkapnya. []