NewsOpini

Literasi Digital Jadi Kunci Penanganan Krisis Komunikasi

Oleh: Cut Rumaisa

DI ERA DIGITAL, pendidikan menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan krisis komunikasi. Ada beberapa masalah dalam pendidikan di era digital yang berkaitan dengan penanganan krisis komunikasi mulai dari penyebaran informasi yang tidak valid, kurangnya literasi digital, kurangnya pemahaman tentang etika digital, penggunaan yang tidak tepat, berlebihan terhadap media sosial, dan ketidaksetaraan akses teknologi.

Maka dari itu, dengan memperkuat pendidikan di era digital adalah salah satu faktor penting dalam mengatasi krisis komunikasi. Dunia yang semakin terhubung secara digital, komunikasi telah mengalami perubahan signifikan. Namun, sering kali kita melihat bahwa kemajuan teknologi tidak diimbangi dengan keterampilan komunikasi yang memadai.

Pendidikan di era digital menjadi kunci untuk mengatasi krisis komunikasi yang terjadi saat ini. Perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat telah merubah sistem dalam proses pengajaran di dunia pendidikan. Dalam perkembangnya, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan untuk memperkuat pendidikan dan meningkatkan keterampilan literasi digital pada peserta didik. Namun, tantangan utama dalam perkembangan digital adalah bagaimana caranya untuk tidak hanyut dan menjadi korban dari sisi negatif kemajuan teknologi.

Oleh karena itu, penguatan literasi digital baik dari sisi teknis maupun dalam pengembangan karakter menjadi penting untuk dilakukan secara bersama-sama, khususnya oleh para generasi muda. Dalam hal ini, pendidikan harus mampu merubah mindset dan pola pikir yang klasik menjadi digital. Dengan demikian, penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat menjadi solusi untuk mengatasi krisis komunikasi yang terjadi saat ini. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, khususnya oleh generasi muda dan para pendidik.

Pertama, tidak hanyut dan menjadi korban dari sisi negatif kemajuan teknologi. Kedua, merubah mindset dan pola pikir yang klasik menjadi digital. Ketiga, memperkuat literasi digital baik dari sisi teknis maupun dalam pengembangan karakter. Keempat, transformasi pola pembelajaran baik guru maupun peserta didik. Kelima, menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan teknologi dan media informasi yang semakin pesat.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pendidik, dan masyarakat. Penguatan literasi digital dan transformasi pola pembelajaran menjadi kunci untuk memperkuat pendidikan di era digital dan mengatasi krisis komunikasi yang terjadi saat ini. Ada berbagai cara untuk menangani krisis komunikasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di era digital.

Pertama, pengembangan keterampilan komunikasi yang kuat, karena pendidikan di era digital harus fokus pada pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif. Siswa perlu belajar cara menyampaikan pesan dengan jelas dan persuasif, serta cara mendengarkan dan merespons dengan baik. Ini termasuk keterampilan verbal dan nonverbal, serta kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif melalui media digital.

Kedua, kesadaran akan dampak media sosial media sosial telah menjadi platform utama bagi komunikasi dalam era digital. Namun, penggunaan yang tidak bijak dapat memperburuk krisis komunikasi. Pendidikan harus mengajarkan siswa tentang etika penggunaan media sosial, kesadaran diri, dan dampak dari apa yang mereka bagikan. Mereka juga harus dilengkapi dengan keterampilan literasi media untuk memilah informasi yang valid dan mampu mengenali berita palsu.

Ketiga, keterampilan pemecahan masalah pendidikan di era digital harus mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang kritis dan analitis. Dalam menghadapi krisis komunikasi, mereka perlu mampu mengidentifikasi sumber masalah, menganalisis konteks, dan mencari solusi yang efektif. Ini melibatkan pemahaman tentang media digital dan penggunaannya dengan bijak.

Keempat, kolaborasi dan keterlibatan sosial Pendidikan harus mendorong kolaborasi dan keterlibatan sosial dalam era digital. Siswa harus diajak untuk bekerja dalam kelompok, berbagi ide, dan berdiskusi secara online. Ini membantu mereka memahami perspektif orang lain, mengembangkan empati, dan meningkatkan keterampilan komunikasi kolaboratif. Pendidikan juga dapat menggabungkan proyek-proyek yang mendorong siswa untuk berkontribusi pada isu-isu sosial dan membangun jejaring yang positif.

Kelima, penekanan pada kecerdasan emosional. Di era digital yang serba cepat dan seringkali anonim, kecerdasan emosional menjadi semakin penting. Pendidikan harus memberikan penekanan pada pengembangan kecerdasan emosional siswa, termasuk kemampuan untuk mengelola emosi, memahami dan menghargai perasaan orang lain, serta mengendalikan impuls dalam komunikasi online, ini akan membantu mengurangi konflik dan meningkatkan kualitas komunikasi.

Keenam, pendidikan yang holistik, ini dapat memastikan bahwa pendidikan di era digital tidak hanya fokus pada aspek teknis dan keterampilan digital semata, tetapi juga mengintegrasikan aspek moral, etika, dan nilai-nilai kritis dalam penggunaan teknologi. Pendidikan harus melibatkan pengembangan karakter siswa, termasuk pemahaman tentang kebenaran, kejujuran, dan tanggung jawab dalam berkomunikasi.

Ketujuh, kolaborasi dan partisipasi aktif, mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan kolaboratif dan berbagi ide-ide mereka secara online. Ini melibatkan kerja tim, diskusi, dan pertukaran pendapat yang sehat dalam lingkungan digital yang aman. Memperkuat keterampilan komunikasi efektif dan membangun kemampuan untuk berkontribusi secara positif dalam diskusi online.

Kedelapan, pemahaman tentang sumber informasi, dengan cara mengajarkan siswa tentang pentingnya memverifikasi kebenaran dan keandalan sumber informasi sebelum menggunakannya atau menyebarkannya. Membekali mereka dengan keterampilan analisis kritis untuk mengidentifikasi berita palsu, propaganda, atau manipulasi informasi. Mendorong mereka untuk mencari sumber informasi yang diverifikasi dan akurat.

Kesembilan, kesadaran tentang etika digital, mengajarkan nilai-nilai etika digital, termasuk penghormatan terhadap hak kebebasan berbicara dan berpendapat, penghormatan terhadap hak cipta, dan penghormatan terhadap privasi orang lain. Mendorong siswa untuk menghindari perilaku online yang merugikan atau menyebabkan kerugian pada orang lain.

Terakhir, keterlibatan orang tua dan pemangku kepentingan lainnya, melibatkan orang tua, keluarga, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pendidikan di era digital. Mengadakan program dan kegiatan yang melibatkan partisipasi orang tua, memberikan sumber daya bagi mereka untuk mendukung anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi secara aman dan bertanggung jawab.

Di era digital yang semakin terhubung, pendidikan memainkan peran penting dalam mengatasi krisis komunikasi, pendidikan yang diperkuat dalam konteks digital harus memfokuskan pengembangan keterampilan komunikasi yang kuat, penekanan pada etika dan literasi media, pengembangan keterampilan kritis dan analitis, kolaborasi dan keterlibatan sosial, serta pengembangan kecerdasan emosional.

Dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek-aspek ini, pendidikan dapat membantu siswa menjadi komunikator yang efektif dalam era digital. Hal ini melibatkan pembelajaran keterampilan komunikasi verbal dan nonverbal, pemahaman tentang penggunaan media sosial dengan etika yang baik, kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis dalam menghadapi informasi digital, kemampuan untuk bekerja dalam kelompok dan berkolaborasi secara online, serta kemampuan untuk mengelola emosi dan memahami perasaan orang lain.

Dengan demikian, pendidikan yang diperkuat di era digital dapat memainkan peran yang krusial dalam mengatasi krisis komunikasi. Ini akan membantu membangun generasi yang mampu berkomunikasi secara efektif, memahami implikasi teknologi digital, dan menjaga hubungan sosial yang sehat dalam lingkungan yang semakin terhubung dan kompleks. []

Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button