Banda Aceh – Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) wilayah Aceh, Nahrawi Noerdin mengaku kecewa dengan pelayaan Bank Syariah Indonesia (BSI).
Saat error layanan yang terjadi seperti ini, kata Nahrawi, tidak ada solusi bagi pemilik SPBU untuk melakukan penebusan minyak ke Pertamina.
Kekecewaan disampaikan Nahrawi Noerdin setelah gagal melakukan penebusan pembelian minyak dan LPG ke Pertamina melalui BSI.
“Kalau BSI error sistemnya seperti ini, bisa kosong bahan bakar minyak di seluruh SPBU di Aceh, karena kita tidak bisa menarik dan mentransfer uang penebusan BBM di Pertamina melalui BSI,” ungkapnya, Selasa (9/5/2023).
Menurut Nahrawi, sebelum BSI terbentuk, transaksi penebusan minyak oleh pemilik SPBU bisa dilakukan di sejumlah bank, karena ada sistemnya di setiap bank namanya host to host.
“Namun sekarang sistemnya hanya ada di satu bank yaitu BSI, maka saat BSI error seperti ini otomatis semua terhambat,” kata Nahrawi.
Nahrawi menyebutkn, kondisi seperti ini sejatinya bisa menjadi pelajaran bagi pemangku kepentingan dalam mengambil kebijakan.
“Seharusnya ada bank konvensional lain satu di Aceh yang memiliki sistem host to host, jadi ada solusi saat satu bank error,” sebutnya.
Selain itu, Nahrawi Noerdin mengaku hingga saat ini pelayanan bank syariah di Aceh masih cukup jauh dari harapan, terutama bagi kalangan dunia usaha.
Ketika hal-hal yang menyangkut masalah layanan primer sebuah lembaga keuangan saja masih terkendala dan jadi keluhan masyarakat, maka masyarakat tidak bisa berharap banyak akan adanya layanan inovatif yang sifatnya next level service.
“Seperti yang pernah diberikan sebelumnya oleh bank-bank konvensional yang pernah hadir dan melayani masyarakat serta dunia usaha di Aceh selama bertahun-tahun,” katanya.
Jika kondisi ini terus berlarut, Nahrawi menilai Aceh jadi terisolir secara nasional dan internasional dalam urusan transaksi keuangan.
“Akses dan layanan keuangan yang bisa dinikmati oleh saudara-saudara kita di seluruh Indonesia tidak bisa dinikmati di Aceh. Itu cukup besar pengaruhnya bagi dunia usaha dan bagi perekonomian Aceh,” demikian Nahrawi. []