KesehatanNews

Gelar Rakorwil, YMMA Optimis Eliminasi TBC 2030 di Sumut Tercapai SR

Medan – SR Yayasan Mentari Meraki Asa (YMMA) Sumatera Utara menggelar rapat koordinasi wilayah tahun 2023 di Hotel Grandhika Medan, Selasa (7/2/2023).

Pertemuan tersebut untuk memastikan koordinasi antara SR dan 10 SSR Konsorsium Komunitas Penabulu STPI yang tersebar di 10 kabupaten/kota dengan layanan kesehatan dan Dinas Kesehatan berjalan dengan baik.

Sehingga diharapkan dimasing-masing wilayah tersebut mampu mengambil peran dalam menyukseskan penanggulangan Tuberkulosis (TBC) berbasis komunitas.

Adapun 10 kabupaten/kota yang termasuk dalam program tersebut yakni Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Binjai, Karo, Simalungun, Pematangsiantar, Asahan, Labuhanbatu, dan Kota Padangsidimpuan.

Manajer SR YMMA Sumut, Zubaidah Pohan, menyebutkan bahwa komitmen pengelola program untuk mendukung pemerintah menanggulangi Tuberkulosis di Sumatera Utara.

Ia mengatakan, komunitas merupakan salah satu komponen penting di masyarakat yang dapat menjadi katalis dalam akselerasi pencapaian milestone eliminasi tuberkulosis di Indonesia tahun 2030.

Dalam paparannya terkait hasil pengelolaan program baik progres pencapaian terduga, notifikasi, dan terapi pencegahan tuberkulosis di tahun 2022, Zubaidah optimis, SR YMMA Sumut dapat meningkatkan capaian dari target yang telah dibuat oleh pengelola program di pusat.

“Tahun 2022 menjadi acuan bagi YMMA untuk meningkatkan capaian baik terduga, notifikasi, dan terapi pencegahan tuberkulsosis. Di tahun 2023 ini, kami melakukan resolusi programatik untuk menjaring, melacak, mendampingi, serta menyembuhkan pasien tuberkulosis,” kata Zubaidah.

Ia menjelaskan, masing-masing pengelola program di 10 kabupaten/kota wilayah kerja mempunyai target yang harus direalisasikan. Maka, melalui Rakorwil ini, dengan sumberdaya dan kapasitas yang dimiliki, pihaknya berharap target tersebut bisa diraih.

Ia juga menekankan agar seluruh pengelola program di Sumatera Utara untuk menguatkan koordinasi, melibatkan lebih banyak pihak, dan mengajak masyarakat untuk aktif dan berperan serta menanggulangi TBC di Sumut. Semakin banyak pihak yang terlibat, maka eliminasi TBC 2030 yang dicanangkan pemerintah pusat dapat terwujud.

“Keterlibatan banyak pihak adalah kunci bagaimana program ini bisa berjalan. Maka dari itu, kami mengajak kepada semua elemen untuk sama-sama berkolaborasi dan bergandeng tangan menanggulangi tuberkulosis,” katanya.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengapresiasi peran pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan (Dinkes) baik provinsi maupun kabupaten/kota se-Sumut. Ia berharap di 2023 ini YMMA dan Dinkes secara rutin saling berkoordinasi.

Terutama pada update capaian komunitas, update indeks kasus tersedia di Dinkes, update kasus LTFU untuk dilakukan tracing, update hasil CBMF dan kebutuhan dukungan pasien TBC, serta update pembayaran enabler.

“Sebagai mitra pemerintah, kami berharap koordinasi berjalan rutin dan semakin baik sehingga capaian, update kasus, dan matching data bisa kita lakukan bersama. Begitu juga kami berterima kasih dengan puskesmas, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, dan klinik,” ucap Zubaidah.

Zubaidah juga berharap kepada pengelola program di 10 SSR untuk melakukan penguatan kapasitas dan peran kader. Pengelola Program harus dapat memetakan wilayah dan strategi kerja yang konstruktif untuk menjaring lebih banyak lagi penerima manfaat program.

“Fokus utama kita adalah dengan melakukan intervensi dan mengerahkan sumber daya kader dengan beban kasus berdasarkan Puskesmas. Hubungan dengan kader harus harmonis karena kader merupakan garda terdepan pelaksanaan program ini,” pungkasnya. []

RAZI

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button