Ilustrasi puisi. Foto: lakonhidup.com |
Puisi 1
Bagaimana Cara Merayu-Mu?
Oleh: Lanma Hasibuan
Aku hanya ingin menuliskan
Gubahan tentang syair yang
Mulai kehilangan harmoninya.
Tentang elegi yang semakin menciutkan nyali.
Apakah masih ada pencerahan di tengah gelapnya sanubari?
Apakah masih bisa menemukan jalan di banyak kebingungan
persimpangan?
Kepada siapa lari jikalau teringin menebar duka?
Bagaimana mungkin, jika sang Pencipta atma mulai raib dari sepertiga malam?
Atau bagaimana membasuh noda-noda yang semakin berbau busuk?
Aku rendah diantara yang paling rendah.
Lantas, penguasa semesta bagaimana cara meraih-Mu?
Bumi, 15/04/22
Puisi 2
Perangai Rasa
Oleh: Lanma Hasibuan
Bebaslah sudah apa yang terasa,
tatkala jiwa berjuang hayat.
Hingga pada sebuah tepian rasa
perangai jahil selalu tuai prahara
Rasa hati dalam sanubari
Katakanlah selalu untuk tetap diam
Tak ada yang bisa tercegah
Dari amukan sejarah yang membekas
Biarkanlah sendiri
Bebas lakukan apa saja
Demi Tuhan, tidaklah insan itu kufur lagi bermuram durja.
Hanya khayalan yang terus menari-nari
Hingga pada keyakinan “Payah benar menempuh hidup”.
Bumi, 26/8/22
Puisi 3
Kidung Izrail
Oleh: Lanma Hasibuan
Barangkali, tak ada yang tahu tentang umur yang rentan dengan izrail.
Berharap keabadian, nyatanya itu hanya kias harap seorang hamba yang takut pada Izrail.
Hingga pada detik ini,
Sungguh kematian masih menjadi momok menakutkan.
Dan Izrail suka menebar ketakutan.
Izrail tak pernah permisi apalagi iseng memberi tanda.
Tak ada lambaian perpisahan
Atau sekedar petunjuk bahwa esok adalah yang terakhir.
Tuhan dan Izrail begitu mencintaimu. Tak elak, kita berpisah hari ini.
Keabadian hanya kebohongan. Meski kau berjanji sampai mulutmu berbuih. Pada akhirnya, kau tetap tak bisa menolak kidung Izrail.
Bumi, 01/10/22