Tugas Makalah

Makalah Sosiologi: KELOMPOK SOSIAL DAN GOLONGAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
                                                   Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri. Namun manusia harus hidup bermasyarakat, karena manusia salaing membutuhkan satu sama lain. Seperti kita ketahui manusia lain itu yaitu isterinya yang bernama Hawa. Apabila manusia dibandingkan dengan hewan seperti misalnya seekor anak ayam, walaupun ada induknya akan tetapi ia akan mampu mencari makan sendiri. Demikian juga dengan hewan-hewan lain seoerti:  kucing, harimau, gajah, dan sebagainya.
                                               Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang agaknya  paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan-hubungan tersebut, reaksi itulah yang menyebabkan tindakan seorang menjadi bertambah luas. Misalnya jika seseorang menyanyi, dia memerlukan reaksi walaupun wujudnya bertolak belakang seperti yang berbentuk pujian ataupun celaan yang kemudian merupakan dorongan bagi tindakan-tindakan selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain, karena sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat yakni:
1.        Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain yakni masyarakat.
2.        Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
3.        Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut diatas, manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya.
4.        Di dalam menghadapi alam sekelilingnya seperti udara yang dingin, alam yang kejam dan lain sebagainya manusia menciptakan rumah dengan tujuan untuk menjadi pelindung baginya, pakaian dan lain-lain.
B.       Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Kelompok Sosial?
b.      Apa Faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial?
c.       Bagaimana Faktor Pembentuk Kelompok Sosial?
d.      Bagaiaman Proses Pembentukan Kelompok Sosial?
e.       Bagaimana klasifikasi Kelompok Sosial?
f.       Apa itu Golongan Sosial?
g.      Bagaimana Kategori Sosial?
C.      Tujuan
a.          Dapat mengetahui Kelompok Sosial
b.         Dapat mengetahui Faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial
c.          Dapat mengetahui Faktor Pembentuk Kelompok Sosial
d.         Dapat mengetahui Proses Pembentukan Kelompok Sosial
e.          Dapat Mengetahui Klasifikasi Kelompok Sosial
f.          Golongan Sosial
g.         Kategori Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Kelompok Sosial
a.         Defenisi Kelompok Sosial
   Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga membutuhkan perasaan bersama. Berikut ini adalah pengertian kelompokn sosial dari beberapa ahli. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia bagian dari kelompok tersebut.
a.       Menurut para ahli
1.    Paul B. Horton dan Chester L.Hunt, kelompok sosial sebagai kempulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.
2.      Soerjono Soekanto, kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antara mereka secara timbale-balik dan saling mempengaruhi.[1]
3.      Hendropuspito, kelompok sosial sebagai suatu kempulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.
         Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia bagian dari kelompok tersebut.
         Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok tergantung pada kesungguhan para anggotanya dalam melaksanakan perannya.
         Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya.
         Memiliki kepentingan bersama.
         Adanya interaksi dan komunikasi diantara anggotanya.[2]
b.         Ciri-Ciri Kelompok sosial tersebut adalah sebagai berikut:
         Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia yang lain. Suatu kelompok manusia akan dapat dibedakan dengan kelompok sosial yang lain, misalnya kelompok formal dan informal.
         Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu. Setiap anggota dalam kelompok sosial tentunya memiliki peran masing-masing, baik itu secara tertulis atau secara tidak tertulis.
         Memiliki norma-norma yang mengatur diantara hubungan para anggotanya. Dalam hubungan antar anggota dalam suatu kelompok sosial ada norma, hukum, paraturan, maupun kode etik sesuai dengan jenis kelompok sosialnya.
         Memiliki kepentingan bersama, kelompok sosial terbentuk pastinya ada tujuan yang melatarbelakangi yang salah satunya adalah kesamaan kepentingan, sehingga diharapkan dengan kepentingan yang sama tersebut dapat diusahakan secara bersama-sama.
         Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya, kelompok sosial dapat lahir, tumbuh, dan berkembang tidak terlepas dengan adanya komunikasi sosial dan interaksi sosial. Dengan adanya interaksi dan komunikasi sosial, masing-masing undividu dapat menyampaikan ide/ gagasannya demi mencapai tujuan bersama dalam kelompok sosial tersebut. Maka kelompok sosial dapat dibedakan kedalam dua bentuk, yaitu sosial kecil dan kelompok sosial besar.[3]
B.            Faktor Pendorong  Timbulnya Kelompok Sosial
          Pada proses pembentukan kelompok sosial pun demikian, ada faktor-faktor tertentu yang mendorong manusia untuk membentuk dan bergabung dalam suatu kelompok sosila tertentu. Adapun dorongan tersebut antara lain, dengan manusia membentuk atau bergabung dengan kelompok sosial yang telah ada, maka secara tidak langsung manusia tersebut telah berusaha mempertahankan hidupnya, karena kebutuhan hidupnya tidak mungkin akan terpenuhi dengan hidup menyendiri. Selain itu dengan adanya kelompok sosial, hubungan manusia semakin luas sehingga kemanapun ia pergi akan senantiasa merasa aman.
a.         Dorongan untuk meneruskan keturunan
          Tidak dapat dipungkiri bahwa semua makhluk hidup mempunyai sifat alamiah yang sama, yakni meneruskan keturunan. Dengan kelompok sosial itulah seseorang akan menemukan pasangannya masing-masing, sehingga dengan demikian dorongan untuk meneruskan keturunan ini dapat tercapai.
          Di era modern seperti sekarang ini manusia dituntut untuk melakukan pekerjaan yang efektif dan efisien dan memperoleh hasil kerja yang maksimal. Oleh sebab itu dengan adanya kelompok sosial akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Misalnya pada kelompok formal, dengan adanya pembagian tugas yang jelas maka pekerjaan yang dihasilkan akan dapat maksimal. Kesuatu tempat dan bertemu dengan orang yang sama-sama merantau dan berasal dari daerah yang sama, maka orang tersebut merasa ada ikatan batin, meskipun semula belum saling mengenal ketika.[4]
C.      Faktor Pembentuk Kelompok Sosial
          Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
1.        Kedekatan
• Kedekatan geografis tempat tinggal
          Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang disekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal.
          Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semangkin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya  kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interkasi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
• Kedekatan geografis daerah asal
Ketika seseorang masih merantau didaerah asal
2.        Kesamaan
          Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan diantara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan-kesamaaan yang dimaksud anatar lain:
• Kesamaan kepentingan
            Dengan adanya dasar utama adalah kesamaan kepentingan maka kelompok sosial ini akan bekerja sama demi mencapai kepentingan yang sama tersebut.
• Kesamaan keturunan
          Sebuah kelompok sosial yang terbentuk atas dasar persamaan keturunan biasanya orientasinya adalah untuk menyambung tali persaudaraan, sehingga masing-masing anggotanya akan saling berkomitmen untuk tetap aktif dalam kelompok sosial ini untuk menjaga tali persaudaraan agar tidak terputus.
• Kesamaan nasib
          Dengan kesamaan nasib/pekerjaan/profesi, maka akan terbentuk kelompok sosial yang mewadahinya untuk meningkatkan taraf maupun kinerja masing-masing anggotanya.[5]
D.      Proses Pembentukan Kelompok Sosial
          Pada dasarnya, pembentukan kelompok  dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
1.      Persepsi: Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
2.      Motivasi: Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri untuk maju.
3.      Tujuan: Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu
4.      Organisasi: Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.
5.      Independensasi: Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
6.      Interaksi: Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi aka nada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.[6]
E.       Klasifikasi Kelompok Sosial
1.        Klasifikasi Berdasarkan Cara Terbentuknya
a.  Kelompok semu, yaitu: kelompok yang terbentuk secara spontan
• Tidak direncanakan
• Tidak teroganisir
• Tidak ada interaksi secara terus menerus
• Tidak ada kesadaran berkelompok
• Kehadirannya tidak konstan
Kelompok semu dibagi menjadi tiga yakni crowd(kerumunan), public dan massa:
1.    Crowd (kerumunan), dibagi menjadi:
a.       Formal audiency/ pendengar formal: orang-orang yang mendengarkan khotbah, orang-orang nonton dibioskop.
b.      Inconvenient causal crowds adalah: kerumunan yang sifatnya terlalu sementara tetapi ingin menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama, contoh: orang antri tiket kereta api.
c.       Panic causal crowds adalah: kerumunan yang terjadi karena suasana panik akan menyelamatkan diri dari bahaya.
d.      Spectator causal crowds adalah kerumunan orang yang terbentuk karena ingin menyaksikan peristiwa tertentu.
e.       Lawless crowds adalah kerumunan yang tidak tunduk pada pemerintah, atau aksi demo.
f.       Immoral low less crowds adalah kerumunan orang-orang tak bermoral
2.  Massa
          Massa merupakan kelompok semu yang memiliki ciri-ciri hampir sama dengan kerumunan, tetapi kemungkinan terbentuknya disengaja dan direncanakan. Contoh: Demo
3. Public
          Public adalah sebagai kelompok semu mempunyai cirri-ciri hampir sama dengan massa, perbedaannya public kemungkinan terbentuknya tidak ada pada suatu tempat yang sama. Terbentuknya  public karena ada perhatian yang disatukan oleh alat-alat komunikasi, seperti: radio, tv, surat kabar, jejaring sosial dan lain-lain.[7]
b.        Kelompok nyata, mempunyai beberapa cirri khusus sekalipun mempunyai berbagai macam bentuk, kelompok nyata mempunyai 1 ciri yang sama, yaitu kehadirannya selalu konstan.
1.      Kelompok statistical group
      Kelompok statistic, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis diantaranya, contoh: kelompok penduduk usia 10-15 tahun disebuah kecamatan.
2.      Societal group/ kelompok kemasyarakatan
          Kelompok societal memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, seperti jenis kelamin, warna kulit, kesatuan tempat tinggal, tetapi belum ada kontak dan komunikasi diantara anggota dan tidak terlihat dalam organisasi
3.      Kelompok sosial/social groups
            Para pengamat sosial sering menyamakan antara kelompok sosial dengan masyarakat dalam arti khusus, kelompok sosial terbentuk karena adanya unsure-unsur yang sama seperti tempat tinggal, pekerjaan, kedudukan, atau kegemaran yang sama. Kelompok sosial memiliki anggota-anggota yang beronteraksi dan berkomunikasi secara terus menerus, contoh:ketetanggan, teman sepermainan, teman seperjuangan, kenalan, dan sebagainya.
4.      Kelompok asosiasi/associational group
          Kelompok asosiasi adalah kelompok yang teroganisir dan memiliki struktur formal (kepengurusan).
Ciri-ciri kelompok asosiasi:
1.         Direncanakan
2.         Terorganisir
3.         Ada interaksi terus-menerus
4.         Ada kesadarn kelompok
5.         Kehadiranya konstan.[8]
F. Golongan Sosial (Unsur-Unsur Masyarakat)
a. Pengertian Golongan Sosial
          Koentjaraningrat mengartikan golongan sosial adalah kesatuan manusia yang ditandai oleh cirri-ciri tertentu dan memiliki identitas sosial serta idealisme. Ikatan identitas sosial muncul karena adanya kesadaran identitas sebagai reaksi atas pandangan pihak luar terhadap golongan sosial tersebut atau dapat pula terjadi karena golongan sosial tersebut terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat istiadat tertentu.[9]
          Pitrim A. Sorokin menggunakan istilah pelapisan sosial yaitu pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat/hierarkhis. Perwujudannya dikenal dengan adanya kelas sosial tinggi (upper class) contohnya: pejabat, penguasa, dan pengusaha, kelas sosial menengah (middle class) contohnya: dosen, pegawai negeri, pengusaha kecil dan menengah, kelas sosial rendah (lower class) contohnya: buruh, petani, dan pedagang kecil.
b.        Timbulnya golongan sosial
          Sejak manusia hidup bersama dalam masyarakat dan selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, baik benda ekonomis (kekayaan), kekuasaan, keturunan, ilmu pengetahuan dsb, maka sesuatu yang dihargai tersebut akan menjadi bibit timbulnya sistem penggolongan sosial atau pelapisan sosial dalam masyarakat masyarakat telah mengenal sistem pembagian atau penggolongan masyarakat sejak dahulu. Aristoteles telah menyatakan bahwa dalam setiap Negara selalu terdapat tiga unsure yaitu orang kaya sekali, orang melarat dan orang yang berada ditengahnya.
          Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain: kemampuan/kepandaian, umur, jenis kelamin, sifat keaslian, keanggotaan masyarakat dll. Faktor penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda, misalnya pada masyarakat berburu faktor penentunya adalah kepandaian berburu.
          Dalam perkembangannya, ada pula golongan sosial yang sengaja berbentuk/disusun untuk mengejar tujuan/kepentingan tertentu, biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dalam suatu organisasi formal misalnya pemerintahan, partai politik, sekolah, universitas, perusahaan, kemiliteran dsb.    
c.  Dasar-dasar pembentukan golongan sosial
          Menurut Soerjono Soekanto, criteria yang dipergunakan sebagai ukuran dalam menggolongkan masyarakat kedalam golongan sosial/ pelapisan sosial adalah:
1.  Ukuran kekayaan
2.  Ukuran kekuasaan atau wewenang
3.  Ukuran ilmu pengetahuan
4.  Unsur kehormatan(keturunan)
d. Karakteristik golongan sosial
          Beberapa karakteristik golongan sosial/ pelapisan sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat adalah:
1.  Adanya perebdaan status dan peranan
2.  Adanya pola interaksi yang berbeda
3.  Adanya distribusi hak dan kewajiban
4.  Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok
5.  Adanya prestise dan penghargaan
6.  Adanya penggolongan yang bersifat universal
e. Pembagian golongan dalam masyarakat
          Berdasarkan karakteristik golongan sosial diatas, maka terdapat beberapa pembagian golongan sosial sebagai berikut:
1.      Sistem golongan sosial dalam masyarakat pertanian (Agraris), didasarkan pada hak dan pola kepemilikan tanah, terbagi menjadi:
2.      Golongan atas: para pemilik tanah pertanian dan pekarang untuk rumah tinggal(penduduk inti)
3.      Golongan menengah: para pemilik tanah pekarangan dan rumah tapi tidak memiliki tanah pertanian(kuli gendul)
4.      Golongan bawah: orang yang tidak memiliki rumah atau pekarangan
f.              Fungsi golongan sosial
Golongan sosial memiliki fungsi-fungsi berikut ini:
1. Distribusi hak istimewa yang obyektif seperti penghasilan, kekayaan.
2. Sistem pertangganaan pada strata/ tingkat yang diciptakan masyarakat menyangkut prestise dan penghargaan.
3. Penentu symbol status/ kedudukan seperti cara berpakaian, tingkah laku
4. Alat solidaritas diantara individu/ kelompok yang menduduki sistem  sosial yang sama dalam masyarakat.[10]
G.      Kategori Sosial
a.         Pengertian kategori sosial
          Menurut koentjaraningrat, kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu cirri-ciri obyektif yang dikenakan kepada manusia-manusia tersebut. Dalam kategori sosial tidak terikat oleh unsure adat istiadat, sistem norma, sistem nilai tertentu, tidak memiliki identitas, tidak memiliki lokasi, tidak mempunyai organisasi, dan tidak memiliki pemimpin.
b.        Contoh kategori sosial dalam masyarakat
          Dalam masyarakat suatu Negara melalui ketentuan hokum yang berlaku ada kategori warga berdasarkan kelompok umur seperti kategori warga diatas umur 18 tahun dan kategori untuk membedakan warga Negara yang telah memiliki hak pilih dengan warga Negara yang tidak dimiliki hak pilih dalam pemilu. Contoh lain ada kategori orang yang memiliki mobil dan ada kategori oreang yang tidak memiliki mobil dengan maksud untuk menentukan warga masyarakat yang harus membayar dan yang tidak membayar pajak kendaraan.[11]
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
          Dari paparan di atas dapat kita ambil inti pokok  pembahasan adalah:
1.        Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama.
a.   Faktor pendorong timbulnya kelompok sosial
• Dorongan untuk meneruskan keturunan
• Dorongan untuk meneruskan keturunan
b.  Faktor pembentuk kelompok sosial
• Kedekatan
• Kesamaan
          Secara teoritis manusia sama derajatnya, tetapi dalam kenyataan hidup di masyarakat ada penghargaan yang berbeda terhadap sekelompok manusia berdasarkan kelebihan yang dimiliki seperti: kekayaan, kekuasaan, pendidikan dan keturunan. Adanya penilaian yang berbeda ini menimbulkan terjadinya pengelompokan masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan nama golongan sosial (istilah sosiologinya: stratifikasi sosial/ pelapisan sosial).
2.     Koentjaraningrat mengartikan golongan sosial adalah kesatuan manusia yang ditandai oleh cirri-ciri tertentu dan memiliki identitas sosial  serta idealism. Ikatan identitas sosial muncul karena adanya kesadaran identitas sebagai reaksi atas pandangan pihak luar terhadap golongan sosial tersebut atau dapat pula terjadi karena golongan sosial tersebut terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat istiadat tertentu.
         
      
      



[1]Soerjono Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) hal. 100
[2]Syahrial Syarbaini, Dasar-dasar Sosiologi,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) hal. 55
[3]Herimanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) hal. 40
[4]Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) hal.122
[5] Elli M. Setiadi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013) hal 79
[6]Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) hal.137
[7]Herimanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) hal. 56
[8] Elli M. Setiadi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013) hal 50
[9]Syahrial Syarbaini, Dasar-dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) hal. 34
[10] Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) hal.141
[11]Herimanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) hal. 63

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button